Terdapat banyak cara untuk sebuah bisnis mendapatkan untung, namun perlu dipertimbangkan apakah metode atau proses yang dilalui baik atau tidak. Memang tidak ada benar atau salah dalam menentukan keputusan bisnis, namun ada benar atau salah secara etika. Terkadang pun dalam beberapa situasi, akan terdapat “area abu-abu” di mana tidak terlalu jelas apabila sebuah keputusan itu benar atau salah. Maka diperlukan pertimbangan yang matang dan pemikiran yang jernih dalam mempertimbangkan semua efek dan dampak. Namun hal seperti ini pun sulit dikarenakan banyaknya hal yang perlu dipertimbangkan.

Untuk mengetahui segala hal yang diperlukan, maka seseorang harus transparan dalam menyampaikan informasi. Dengan ini, dapat dipertimbangkan segala hal yang mungkin dapat memengaruhi keputusan yang akan dipilih. Tidak melupakan rekan-rekan dalam sebuah bisnis, seorang pembisnis dapat meminta umpan balik dari para rekanannya apabila masih ragu. Apabila masih kurang atau masih ragu dalam memilih sebuah keputusan, dapat melihat kembali ke pengalaman-pengalaman sebelumnya. Mungkin pernah terjadi hal yang serupa sebelumnya atau pengalaman dari orang lain yang dapat menjadi pertimbangan lebih lanjut.

Sebagai pembisnis perlu dipertimbangkan tidak hanya satu perspektif saja. Seorang penentu keputusan yang bijak akan mempertimbangkan dari berbagai perspektif. Mungkin dapat mengambil perspektif karyawan untuk mengerti apa keperluan mereka, mungkin dapat mengambil perspektif vendor untuk mengerti apa yang mereka perlu dari seorang pemilik bisnis, dan mungkin dapat mengambil perspektif pelanggan untuk mengerti apa yang mereka inginkan dari produk kami. Dengan mempertimbangkan tidak hanya dari satu perspektif saja, maka dapat memenuhi berbagai keperluan sehingga memuaskan berbagai pihak.

Ini semua hal-hal yang perlu dipertimbangkan dan direncanakan secara matang sebagai seorang pembisnis terkait etika. Kelakuan yang beretika akan menguntungkan sebuah bisnis dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu contoh dari sebuah bisnis mematuhi kepada etika adalah triple bottom line atau 3P (Profit, People, Planet). Hal ini tidak jauh dari konsep-konsep seperti ESG, Keberlanjutan, dan CSR, yang bermula dari tindakan-tindakan bisnis yang tidak mempertimbangkan baik etika, nilai norma, maupun perspektif dari para pemangku kepentingan, sehingga merugikan banyak pihak dan mengejutkan dunia dengan keputusan yang dipilihnya.

Referensi:

  • Gülcan, N. Y. (2015). Discussing the importance of teaching ethics in education. Procedia: Social & Behavioral Sciences, 174, 2622–2625. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.942