Supply Chain Finance – Optimizing Working Capital Through Innovation
Supply chain finance (SCF) muncul sebagai inovasi penting untuk mengoptimalkan modal kerja dengan menghubungkan arus barang dan jasa dengan arus kas di sepanjang rantai pasok. Alih‑alih melihat pembiayaan hanya di tingkat entitas tunggal, SCF memandang rantai pasok sebagai satu ekosistem di mana pembeli, pemasok, dan lembaga keuangan dapat berkolaborasi untuk menurunkan biaya pendanaan dan meningkatkan likuiditas secara bersama‑sama (Gelsomino et al., 2016; Xu et al., 2018). Literatur menggambarkan tiga instrumen utama SCF, yaitu reverse factoring (atau approved payables finance), dynamic discounting, serta inventory financing (Wuttke et al., 2019). Ketiganya bertujuan mengonversi piutang dagang atau persediaan yang tidak likuid menjadi kas dengan struktur risiko yang lebih baik bagi penyandang dana, sehingga struktur pembiayaan menjadi lebih murah dibanding kredit konvensional, khususnya bagi pemasok kecil dan menengah (Xu et al., 2018).
Di antara instrumen tersebut, reverse factoring sering dianggap sebagai bentuk paling populer karena memanfaatkan rating kredit pembeli besar untuk menurunkan biaya pendanaan pemasok (Gelsomino et al., 2016; Wuttke et al., 2019). Dalam skema ini, pemasok mengirim faktur kepada pembeli; setelah faktur disetujui, lembaga keuangan membayar pemasok lebih cepat dengan diskon kecil, sementara pembeli membayar lembaga keuangan pada tanggal jatuh tempo yang lebih panjang daripada termin pembayaran biasa (Hofmann & Zumsteg, 2015). Hasilnya, pemasok menerima kas lebih cepat dan mengurangi tekanan likuiditas, sedangkan pembeli memperpanjang days payable outstanding tanpa menekan pemasok melalui negosiasi harga berlebihan. Studi empiris menunjukkan bahwa program SCF yang terstruktur dengan baik dapat membebaskan jutaan dolar kas dengan memperpendek cash conversion cycle, terutama jika dikombinasikan dengan dynamic discounting—di mana pembeli menggunakan kelebihan kas jangka pendek untuk memperoleh diskon pembayaran lebih awal—dan inventory financing yang memungkinkan pembiayaan persediaan dengan struktur jaminan yang lebih jelas (Xu et al., 2018; Moussawi et al., 2021).
Perkembangan teknologi digital semakin memperkuat potensi SCF melalui pemanfaatan platform berbasis blockchain, Internet of Things (IoT), dan API yang menghubungkan sistem ERP berbagai pihak secara hampir real time. Blockchain memungkinkan single source of truth untuk dokumen dagang (misalnya faktur, bill of lading), mengurangi sengketa dan mempercepat persetujuan, sementara IoT memberikan visibilitas atas pergerakan barang yang menjadi dasar pembiayaan persediaan (Saberi et al., 2019). API dan platform SCF digital memudahkan integrasi data antara perusahaan, bank, dan penyedia teknologi, sehingga proses dari penerbitan faktur, persetujuan, hingga pendanaan dapat berlangsung otomatis dan berskala besar. Sektor manufaktur merupakan pengguna utama SCF karena tingginya nilai persediaan dan kompleksitas rantai pasok, namun bukti terbaru menunjukkan adopsi yang kuat pula di sektor
kesehatan (pembiayaan pemasok alat kesehatan dan farmasi) serta ritel yang menghadapi tekanan besar atas modal kerja akibat siklus persediaan dan model just‑in‑time (Moussawi et al., 2021; Wuttke et al., 2019). Dengan desain yang tepat dan tata kelola risiko yang memadai, SCF dapat menjadi alat strategis untuk memperkuat ketahanan rantai pasok, menurunkan biaya modal, dan meningkatkan daya saing perusahaan di pasar global.
Referensi:
- Gelsomino, L. M., Mangiaracina, R., Perego, A., & Tumino, A. (2016). Supply chain finance: A literature review. International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, 46(4), 348–366.
- Hofmann, E., & Zumsteg, S. (2015). Win‑win and no‑win situations in supply chain finance: The case of reverse factoring. Journal of Purchasing and Supply Management, 21(4), 273–280.
- Moussawi, R., Preve, L. A., & Sarria‑Allende, V. (2021). Trade credit, supply chain finance and firm value. Journal of Corporate Finance, 68, 101943.
- Saberi, S., Kouhizadeh, M., Sarkis, J., & Shen, L. (2019). Blockchain technology and its relationships to sustainable supply chain management. International Journal of Production Research, 57(7), 2117–2135.
- Wuttke, D. A., Blome, C., & Henke, M. (2019). Focusing the financial flow of supply chains: An empirical investigation of financial supply chain management. International Journal of Production Economics, 216, 135–149.
- Xu, X., Chen, X., Jia, F., Brown, S., Gong, Y., & Xu, Y. (2018). Supply chain finance: A systematic literature review and bibliometric analysis. International Journal of Production Economics, 204, 160–173.
Comments :