Blue Bonds: Instrumen Keuangan Laut untuk Konservasi dan Transisi Menuju Ekonomi Samudra Berkelanjutan
Mengatasi degradasi laut yang terus berlangsung diperkirakan membutuhkan biaya sebesar USD 174 miliar per tahun. Sayangnya, kurangnya modal finansial menjadi hambatan besar dalam mendukung implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 14: Kehidupan di Bawah Laut. Untuk menjawab tantangan ini, komunitas internasional mulai melirik blue bonds sebagai mekanisme keuangan baru yang dapat mendukung konservasi laut dan transisi menuju ekonomi samudra yang berkelanjutan. Blue bonds didefinisikan sebagai instrumen utang yang diterbitkan oleh pemerintah, bank pembangunan, atau entitas lain untuk mengumpulkan dana dari investor demi membiayai proyek laut dan kelautan yang memiliki manfaat ekonomi, lingkungan, dan iklim yang positif.
Beberapa investor institusi terbesar dunia, yayasan korporasi, dan organisasi konservasi telah menggunakan blue bonds untuk mendanai proyek-proyek laut, termasuk pengembangan kawasan laut yang dilindungi dan pelestarian biodiversitas laut. Namun, meskipun antusiasme terhadap potensi keberlanjutan dan nilai reputasi yang dibawa oleh blue bonds sangat tinggi, terdapat sejumlah pertanyaan mendasar yang belum terjawab. Pertama, jenis proyek apa yang sebenarnya dibiayai oleh blue bonds? Kedua, di mana saja blue bonds digunakan dan seberapa adil pengambilan keputusannya? Ketiga, apakah proyek-proyek tersebut benar-benar dapat menghasilkan dampak lingkungan dan sosial yang positif serta pengembalian finansial seperti yang diharapkan? Penelitian menunjukkan bahwa karena investor lebih menyukai risiko keuangan rendah, terdapat kecenderungan bahwa blue bonds akan digunakan untuk proyek laut yang lebih menguntungkan namun berisiko tinggi terhadap lingkungan, seperti energi lepas pantai dan ekstraksi minyak serta gas—yang tentu bertentangan dengan semangat konservasi.
Kajian akademik terhadap blue bonds hingga saat ini masih sangat terbatas, berbeda jauh dengan green bonds yang telah menjadi subjek penelitian selama lebih dari 15 tahun. Meskipun beberapa artikel telah mendeskripsikan blue bonds seperti Seychelles Blue Bond dan Nordic-Baltic Blue Bond, sebagian besar kajian bersifat deskriptif dan belum mengkritisi kredibilitas keberlanjutan dari proyek-proyek yang mereka danai. Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa tanpa pengawasan dan kerangka evaluasi yang ketat, blue bonds bisa menjadi alat pemasaran yang mengarah pada bluewashing—istilah yang merujuk pada pencitraan ramah lingkungan tanpa dampak nyata. Oleh karena itu, penting untuk menyelaraskan penerbitan blue bonds dengan prinsip-prinsip internasional seperti Sustainable Blue Economy Finance Principles, Sustainable Ocean Principles, dan Green Bond Principles yang mencakup kejelasan penggunaan dana, proses seleksi proyek, manajemen hasil, dan pelaporan dampak.
Referensi:
Thompson, B. (2022). Blue bonds for marine conservation and a sustainable ocean economy: Status, trends, and insights from green bonds. Marine Policy, 144, 105219. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2022.105219
Comments :