Break Even Point (BEP) adalah ketika pendapatan sama dengan biaya yang dikeluarkan dan tidak ada keuntungan atau kerugian. Pada titik ini, total keuntungan dan kerugian berada di posisi nol. Break Event Point dapat terjadi ketika bisnis menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan variabel.

Perusahaan mengalami kerugian apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sedikit atau setengah biaya tetap. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan jika penjualan melebihi biaya variabel dan tetap yang harus dikeluarkan.

Perhitungan break event point dapat menggunakan metode Cost Volume Profit atau CVP dengan menggunakan metode formula dan persamaan. Sebenarnya metode formula sama dengan metode persamaan, karena pada metode persamaan, nantinya sama-sama akan dibagi.

Selain itu juga, BEP dapat diukur dengan menggunakan sales dan juga unit. BEP yang diukur menggunakan sales adalah dengan menggunakan Contribution Margin Ratio, sementara untuk BEP yang diukur secara unit, menggunakan Unit Contribution Margin.

Mengapa sih harus ada dua pengukuran tersebut?

Pertama, di dalam perusahaan, ada marketing yang menghitung kinerjanya berdasarkan dari total sales atau berdasarkan unit yang dijual.

Di dalam perusahaan pasti memiliki segment pasar yang berbeda-beda, sehingga ada yang menjual barang yang murah namun banyak dan juga ada yang menjual barang mahal namun pcsnya lebih kecil. Jika perhitungannya dari unit saja, maka akan dianggap tidak adil.

BEP berdasarkan sales dihitung berdasarkan Persentase Total contribution margin dibagi dengan total sales, sementara BEP per unit dihitung berdasarkan dengan total biaya tetap dibagi dengan unit contribution margin.

Reference:

  • Ray H. Garrison, Eric Noreen, Peter Brewer, Cheng Nam Seng, Katherine Yuen (2015). Managerial Accounting An Asian Perspective. Singapore: McGraw-Hill.