Model formatif dan reflektif adalah dua jenis model pengukuran dalam Structural Equation Modeling (SEM) yang menjelaskan hubungan antara variabel laten (constructs) dan indikator (observed variables). Model reflektif menganggap indikator sebagai manifestasi dari variabel laten, yang berarti variabel laten menjadi penyebab dari perubahan pada indikator-indikatornya (Sarwono, 2012). Dalam model ini, ketika variabel laten berubah, seluruh indikator yang terkait akan berubah pula. Misalnya, jika kepuasan pelanggan merupakan variabel laten, maka kepuasan ini dapat diukur dengan indikator seperti tingkat kebahagiaan, keinginan untuk merekomendasikan, dan kemungkinan melakukan pembelian ulang. Perubahan dalam kepuasan pelanggan akan tercermin pada semua indikator tersebut. Sementara itu, model formatif memandang indikator-indikator sebagai pembentuk atau penyebab dari variabel laten, sehingga variabel laten adalah hasil dari kombinasi indikator tersebut. Dalam konteks ini, indikator-indikator tidak dipengaruhi oleh variabel laten, tetapi justru membentuknya.

Dalam hal korelasi antar indikator, model reflektif biasanya memiliki indikator yang berkorelasi tinggi satu sama lain, karena semuanya dipengaruhi oleh variabel laten yang sama. Jika ada perubahan pada satu indikator, indikator lainnya cenderung berubah secara serupa. Di sisi lain, model formatif tidak menuntut korelasi tinggi antar indikator, sebab masing-masing indikator dapat mencerminkan aspek yang berbeda dari variabel laten(Asari et al., 2019). Sebagai contoh, peningkatan pada satu indikator tidak serta-merta akan memengaruhi indikator lainnya dalam model formatif. Implikasi dari penghapusan indikator juga berbeda antara kedua model ini. Pada model reflektif, penghapusan satu indikator biasanya tidak akan banyak memengaruhi pengukuran variabel laten karena indikator lain masih dapat mencerminkan variabel laten tersebut. Namun, pada model formatif, penghapusan satu indikator akan sangat berpengaruh, karena setiap indikator memberikan kontribusi unik dalam membentuk variabel laten, sehingga kehilangan satu indikator berarti kehilangan sebagian informasi tentang variabel laten.

Interpretasi validitas dalam kedua model ini pun berbeda. Validitas konstruk pada model reflektif sering diuji dengan mengukur reliabilitas internal seperti Cronbach’s Alpha dan korelasi antar indikator. Sebaliknya, pada model formatif, validitas lebih sering dievaluasi melalui validitas konten, dan reliabilitas internal tidak diharapkan karena korelasi antar indikator tidak diperlukan. Dari segi penggunaannya dalam penelitian, model reflektif lebih umum digunakan untuk variabel laten yang berfungsi sebagai penyebab dari observasi yang kita lihat, seperti sikap, persepsi, atau kepribadian. Sebaliknya, model formatif lebih sering digunakan untuk konstruk yang dibentuk oleh sejumlah faktor yang berbeda, seperti indeks komposit atau ukuran kompleksitas. Secara visual, model reflektif menampilkan arah panah dari variabel laten ke indikator, sedangkan pada model formatif, panahnya dari indikator menuju variabel laten. Dalam praktiknya, pemilihan antara model reflektif dan formatif sangat tergantung pada sifat teoritis konstruk dan tujuan pengukuran dalam penelitian, memastikan bahwa model yang dipilih sesuai dengan karakteristik dan tujuan konstruk yang diteliti.

Referensi:

  • Asari, A., Anam, A. C., & Sukwika, T. (2019). Pengantar Statistika. In PT Mafy Media Literasi Indonesia
  • Sarwono, J. (2012). Mengenal SEM. In Andi Offset.