Dalam ranah Managerial Accounting, Capital Budgeting yaitu proses strategis untuk mengevaluasi investasi besar jangka panjang yang tidak hanya melibatkan satu langkah analisis, melainkan serangkaian tahapan yang terstruktur. Tahapan kritis ini terbagi menjadi dua jenis keputusan utama: Keputusan Penyaringan (Screening Decision) dan Keputusan Pemilihan (Preference Decision). Keputusan Screening berfungsi sebagai gerbang awal; manajer menggunakannya untuk menentukan apakah suatu usulan proyek investasi memenuhi standar kelayakan minimum yang telah ditetapkan perusahaan (misalnya, harus memiliki Net Present Value (NPV) positif atau Internal Rate of Return (IRR) di atas biaya modal). Setelah beberapa proyek berhasil lolos di tahap penyaringan, barulah perusahaan beralih ke Keputusan Preference, di mana fokusnya adalah memilih dan menentukan peringkat proyek-proyek alternatif yang bersaing dan telah terbukti layak. Intinya, screening menjawab pertanyaan “Apakah ini layak diterima?”, sementara preference menjawab “Jika ada beberapa yang layak, mana yang terbaik untuk kita prioritaskan dan danai?”, yang sangat krusial mengingat keterbatasan anggaran modal perusahaan.

Keputusan Screening sebagian besar mengandalkan metode yang membandingkan arus kas yang diharapkan dengan ambang batas yang ditentukan. Alat utama yang digunakan di tahap ini termasuk Periode Pengembalian (Payback Period) untuk mengukur seberapa cepat investasi kembali, serta metode diskonto arus kas seperti Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return – IRR) dan Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value – NPV). Proyek yang menghasilkan IRR di bawah biaya modal perusahaan atau NPV negatif akan otomatis gugur dari pertimbangan. Setelah proyek-proyek yang layak secara finansial berhasil disaring, tahap Keputusan Preference dimulai. Pada tahap ini, ketika perusahaan harus memilih di antara proyek-proyek yang layak (sering kali karena keterbatasan anggaran modal), metode NPV menjadi alat yang paling disukai. Metode NPV memungkinkan perbandingan nilai mutlak yang diciptakan oleh setiap proyek. Jika proyek-proyek tersebut memiliki investasi awal yang berbeda, Indeks Profitabilitas (Profitability Index – PI) sering digunakan, karena PI memungkinkan manajer untuk memprioritaskan proyek yang menawarkan pengembalian tertinggi per unit investasi yang dikeluarkan, sehingga mengoptimalkan pemanfaatan modal yang terbatas.

Kesimpulannya, pemisahan yang jelas antara Keputusan Screening dan Preference adalah inti dari manajemen penganggaran modal yang efektif. Proses screening memastikan bahwa hanya proyek yang secara fundamental layak dan menambah nilai (seperti diukur melalui NPV positif) yang dipertimbangkan lebih lanjut. Sementara itu, proses preference mengarahkan perusahaan untuk membuat pilihan yang paling optimal ketika dihadapkan pada proyek-proyek yang bersaing. Dengan menerapkan dua tahapan keputusan ini secara disiplin, perusahaan tidak hanya menghindari investasi yang merugikan, tetapi juga memastikan bahwa modal yang terbatas dialokasikan pada

proyek yang memberikan potensi pengembalian tertinggi dan paling selaras dengan tujuan strategis jangka panjang organisasi. Pengelolaan modal yang cermat ini adalah kunci untuk menciptakan kekayaan pemegang saham yang berkelanjutan.