Perkembangan agentic AI menandai perubahan signifikan dalam profesi akuntansi, bukan sebagai bentuk otomatisasi penuh, tetapi sebagai sarana kolaboratif yang memperkuat peran akuntan. Berbeda dari sistem otomasi tradisional yang bekerja berdasarkan instruksi tetap, agentic AI mampu beradaptasi, mengambil keputusan dalam batas pengawasan tertentu, serta mendeteksi anomali dan mengeksekusi tugas secara mandiri. Teknologi ini tidak menggantikan keahlian profesional, tetapi mendukung akuntan dalam mengurangi beban kerja manual dan meningkatkan fokus pada fungsi strategis seperti perencanaan pajak, analisis risiko, dan konsultasi klien. Penerapannya sudah mulai terlihat dalam proses seperti penyusunan jurnal akhir bulan, validasi data, dan pengawasan audit real-time.

Transformasi ini muncul pada saat yang krusial, ketika profesi akuntansi menghadapi kompleksitas regulasi, tuntutan klien yang lebih tinggi, dinamika bisnis yang cepat berubah, serta keterbatasan sumber daya manusia. Studi terkini menunjukkan bahwa organisasi tanpa strategi AI berisiko tertinggal dalam waktu singkat. Dengan memanfaatkan agentic AI secara tepat, firma dapat meningkatkan kecepatan pelaporan, memperkuat akurasi, memperluas layanan bernilai tambah, dan menjaga daya saing. Meski demikian, adopsi teknologi tidak harus dilakukan secara radikal. Pendekatan bertahap lebih efektif, dimulai dari tugas-tugas rutin berisiko rendah dengan ukuran keberhasilan yang jelas dan integrasi yang selaras dengan alur kerja yang sudah ada. Akuntan tidak perlu menjadi ahli teknis untuk terlibat; yang terpenting adalah kemampuan membaca output AI, memvalidasi rekomendasi, dan menerapkan penilaian profesional.

Namun, pemanfaatan agentic AI juga harus disertai perhatian pada tata kelola dan etika. Keandalan sistem sangat bergantung pada integritas data, privasi, dan mekanisme pengawasan manusia. Praktik seperti AI Bill of Materials mulai diperkenalkan untuk memastikan transparansi atas data, model, dan alat yang digunakan, sejalan dengan prinsip audit yang telah dikenal dalam lingkungan akuntansi. Dengan pengaturan yang tepat, agentic AI justru memperkuat akuntabilitas dan keamanan operasional.

Ke depan, kolaborasi antara akuntan dan sistem AI diproyeksikan menjadi model kerja dominan. Agentic AI akan menangani pekerjaan teknis dan repetitif, sementara akuntan menguatkan perannya dalam interpretasi, pengambilan keputusan, dan penerapan etika profesi. Pergeseran ini membuka kesempatan untuk meningkatkan kualitas layanan, mempercepat respons, dan memperluas ruang strategis profesi. Dengan kesiapan kompetensi, pemahaman risiko, dan penerapan pengendalian yang memadai, akuntan tidak hanya mampu mengikuti perubahan, tetapi juga membentuk arah perkembangan profesinya di era digital.

 

Referensi:

  • Sanders, A. (2025, October 01). Agentic AI and the Accountant: Collaboration, Not Automation. CPA. https://www.cpapracticeadvisor.com/2025/10/01/agentic-ai-and-the-accountant-collaboration-not-automation/170069/