Survei dari Grant Thornton pada 2025 menemukan fakta menarik: 59% pimpinan perusahaan meyakini bahwa rendahnya tingkat adopsi karyawan menjadi penyebab utama gagalnya inisiatif teknologi. Ironisnya, hanya sebagian kecil organisasi yang memasukkan metrik kepuasan atau keterlibatan karyawan ke dalam pengukuran ROI teknologi.

Pergeseran menuju model user-centric kini dipandang sebagai kunci efektivitas transformasi digital. Perusahaan yang melibatkan karyawan sejak tahap awal—misalnya melalui demonstrasi sistem, uji coba terbatas, atau sesi umpan balik—melaporkan adopsi yang lebih cepat dan resistensi yang lebih rendah. Pendekatan ini juga membantu mengurangi perubahan mendadak yang dapat mengganggu proses kerja.

Teknologi juga memainkan peran strategis dalam menarik talenta generasi baru. Calon profesional muda menilai daya saing teknologi sebagai cerminan budaya organisasi. Firma yang menggunakan sistem modern dianggap lebih menarik dibanding tempat kerja yang masih bergantung pada proses manual.

Temuan lain menunjukkan bahwa adopsi teknologi dapat dijadikan alat identifikasi pemimpin masa depan. Respon terhadap inovasi, kemampuan adaptasi, dan kesiapan mengambil keputusan menjadi indikator kompetensi strategis—bukan sekadar teknis. Dengan demikian, keberhasilan transformasi digital tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan sistem, tetapi oleh sejauh mana teknologi tersebut selaras dengan cara manusia bekerja dan berkolaborasi.

 

Referensi:

  • Grant Thornton (2025, August 04). Make technology an engine for profitability. CPA. https://www.grantthornton.com/insights/survey-reports/advisory/2025/make-technology-an-engine-for-profitability