Green Accounting di Tengah Krisis Energi Makroekonom
Pada era di mana perubahan iklim menjadi ancaman nyata dan krisis energi makin dirasakan di seluruh dunia, perusahaan dan pemerintah dihadapkan pada tantangan ekonomi makro yang kompleks: bagaimana tetap beroperasi secara berkelanjutan sambil menjaga pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Di sinilah akuntansi hijau (green accounting) menjadi sangat relevan: sebagai kerangka akuntansi yang memasukkan biaya dan manfaat lingkungan ke dalam laporan keuangan dan keputusan ekonomi. Akuntansi hijau memungkinkan organisasi untuk mengevaluasi dampak lingkungan dari aktivitas operasionalnya, menginternalisasi eksternalitas, dan meningkatkan transparansi terhadap stakeholder mengenai risiko iklim dan energi.
Secara makroekonomi, krisis energi baik karena kenaikan harga bahan bakar fosil, ketidakstabilan pasokan, maupun tekanan untuk transisi ke sumber energi terbarukan menjadi beban bagi perekonomian. Inflasi energi memicu kenaikan biaya produksi di banyak sektor, sehingga mempengaruhi margin keuntungan perusahaan dan daya beli konsumen. Perubahan iklim juga menimbulkan risiko kerugian dari bencana alam, gangguan rantai pasok, dan regulasi karbon atau pajak emisi. Dalam kondisi demikian, perusahaan yang mengimplementasikan akuntansi hijau dapat memperoleh beberapa keunggulan: pengelolaan biaya yang lebih efisien (misalnya melalui pemanfaatan sumber energi terbarukan), adaptasi terhadap regulasi lingkungan yang makin ketat, dan peningkatan reputasi yang mampu menarik investor maupun pelanggan yang peduli lingkungan.
Di Indonesia, beberapa studi menunjukkan bahwa akuntansi hijau sudah mulai diadopsi, meskipun belum merata dan masih dihadapkan pada sejumlah hambatan. Misalnya, penelitian Analysis of Green Accounting Implementation in Utility Companies in Indonesia pada PT PLN (Persero) menemukan bahwa perusahaan utilitas ini sudah mulai membentuk divisi ESG (Environmental Social Governance)/Sustainability Reporting dan melakukan pelaporan terkait kegiatan energi transisi dan sustainability. Namun, pelaporan belum selalu memenuhi standar internasional seperti IFRS S1 dan S2 secara penuh, dan identifikasi biaya lingkungan belum konsisten.
Studi lainnya, The Influence of Green Accounting on Financial Performance and Corporate Sustainability oleh Henny Rakhmawati (Universitas Tulungagung) menyimpulkan bahwa penerapan akuntansi hijau memiliki efek positif terhadap kinerja keuangan dan keberlanjutan perusahaan. Namun, efek tersebut seringkali moderat dan dipengaruhi oleh seberapa kuat regulasi, tekanan pasar, dan kesadaran manajemen perusahaan dalam memperhitungkan biaya lingkungan.
Perusahaan yang belum mengadopsi akuntansi hijau dengan baik sering menghadapi masalah seperti: data lingkungan yang sulit diperoleh atau tidak lengkap, biaya tambahan untuk pengukuran dan pelaporan, kurangnya standar nasional yang mengikat, serta risiko “greenwashing” apabila pelaporan lingkungan hanya bersifat simbolis.
Dalam konteks ekonomi makro, penerapan akuntansi hijau dapat membantu pemerintah dan pembuat kebijakan dalam beberapa hal:
- Perencanaan fiskal dan subsidi energi: Dengan memahami total biaya lingkungan dari penggunaan energi fosil (termasuk polusi, kesehatan masyarakat, dan degradasi lingkungan), pemerintah bisa merancang subsidi atau pajak karbon yang lebih adil dan efektif.
- Pengukuran pertumbuhan ekonomi yang lebih realistis: GDP tradisional sering tidak memperhitungkan kerusakan lingkungan. Adanya indikator seperti Green GDP atau indikator lain yang mengkombinasikan aspek sosial-lingkungan akan memberikan gambaran yang lebih menyeluruh tentang kesejahteraan nasional. Studi mengenai “Application of Green GDP berdasarkan model SEEA” menunjukkan bahwa model seperti ini bisa lebih mencerminkan dampak lingkungan dan kesehatan jangka panjang.
- Mitigasi risiko makro finansial: Perusahaan besar yang terkena regulasi emisi atau kenaikan biaya energi memiliki risiko kredit dan likuiditas. Bila sektor keuangan dan bank mulai mempertimbangkan eksposur terhadap risiko iklim, praktik akuntansi hijau bisa mempercepat pengungkapan risiko oleh perusahaan dan memperkuat resilience sektor keuangan. Sebagai contoh, studi Financial Resilience of Banking Companies… mengaitkan implementasi akuntansi hijau dengan ketahanan finansial dalam menghadapi risiko perubahan iklim.
Untuk mewujudkan akuntansi hijau yang lebih efektif di Indonesia, beberapa langkah strategis disarankan antara lain yaitu (1) Standarisasi regulasi pelaporan dan pengukuran lingkungan agar konsisten dan dipercaya oleh investor dan publik, (2) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang akuntansi dan lingkungan agar mampu mengukur, mengakui, dan melaporkan biaya serta manfaat lingkungan dengan akurat. (3) Penerapan insentif finansial dan kebijakan publik yang mendukung transisi energi bersih dan pengurangan emisi, misalnya kebijakan pajak karbon, subsidi teknologi bersih, atau kredit hijau. (4) Kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat sipil dalam membangun sistem pengukuran dampak lingkungan yang transparan dan dapat diakses.
Akuntansi hijau bukan hanya isu moral atau lingkungan semata, tetapi elemen penting dalam menghadapi krisis energi dan tantangan perubahan iklim dari perspektif ekonomi makro. Perusahaan dan pemerintah yang lebih dulu mengadopsinya memiliki kesempatan untuk meminimalkan risiko, memperkuat daya saing, dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Meski ada banyak hambatan, perkembangan regulasi dan kesadaran publik membuka jalan bagi akuntansi hijau menjadi bagian integral dari akuntansi modern di Indonesia dan secara global.
Referensi
- Endah, E., & Vogy G. Buanaputra. Analysis of Green Accounting Implementation in Utility Companies in Indonesia (Case Study on PT PLN (Persero)) (2025). Universitas Gadjah Mada.
- Rakhmawati, Henny. The Influence of Green Accounting on Financial Performance and Corporate Sustainability: Strategic Accounting Management Perspective. INJOLE Vol. 3 No. 5, 2025.
- Khoirotun Nisaa, Rizka; Hidayati, Cholis. “The Impact of Green Accounting, Environmental Disclosure, and Company Characteristics on Firm Value.” Jurnal Bisnis Mahasiswa, 5(1):184-197, 2025.
- “Implementation Of Green Accounting: Literature Review.” Fitriani Saragih. Current Issues & Research in Social Sciences, Education and Management, Vol. 2 No. 2, September 2024.
- Mingpu Ma. “The Application of Green GDP and Its Impact on Global Economy and Environment: Analysis of GGDP based on SEEA model.” (2024).
Comments :