Structured VS Unstructured Data di Accounting
Di dunia yang saat ini yang perkembangan teknologinya semakin maju, profesi akuntan tidak lagi hanya bergantung pada laporan keuangan konvensional, namun pada saat ini juga dituntut untuk mampu mengelola dan menganalisis berbagai jenis data dalam mendukung pelaporan keuangan dan pengambilan keputusan yang lebih tepat. Dalam praktiknya, data yang digunakan oleh akuntan tidak selalu tersusun rapi dalam format tabel atau angka, tetapi juga dapat berbentuk dokumen teks, email, hingga rekaman suara atau gambar. Inilah yang membedakan antara structured data dan unstructured data. Memahami perbedaan, karakteristik, dan manfaat dari kedua jenis data ini menjadi penting, karena keduanya memiliki potensi besar dalam mengungkap wawasan bisnis yang tersembunyi dan mendukung proses audit maupun kepatuhan secara lebih menyeluruh.
Kedua data tersebut bisa dibilang berbeda namun memiliki kesinambungan yang dimana, structured data merupakan data yang tersimpan dalam format yang terorganisasi, biasanya berupa angka dalam bentuk tabel ataupun dalam database yang mudah diolah oleh sistem akuntansi. Data ini bersifat terstruktur karena mengikuti sebuah aturan tertentu dan dapat langsung dianalisa menggunakan software akuntansi atau BI tools (contohnya Microsoft Power BI), contoh dari datanya sendiri ada: Income statement, Balance sheet, dan General Journal. Sementara Unstructured data adalah data yang tidak memiliki format yang ditetapkan atau standar, sehingga lebih sulit untuk dianalisis secara langsung. Data ini biasanya berbentuk teks, audio, gambar, atau dokumen yang belum terorganisasi dengan baik. Namun, dengan bantuan beberapa teknologi seperti Natural Language Processing (NLP) ataupun menggunakan text mining, data tersebut bisa diekstraksi untuk mendukung proses akuntansi, contohnya data dalam Evidence audit, Dokumen kerja sama antar perusahaan, dan email evidence. Dalam praktik akuntansi di masa kini, akuntan perlu menggabungkan kedua jenis data ini untuk menghasilkan laporan keuangan yang lebih akurat. Misalnya, structured data yang berasal dari ERP atau sistem akuntansi dapat menunjukkan nilai transaksi, sementara unstructured data berupa kontrak PDF menjelaskan dasar hukum transaksi tersebut. Dengan demikian, pengambilan keputusan tidak hanya berdasarkan angka, tetapi juga didukung oleh konteks naratif yang memperkuat validitas laporan.
Dari adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini, telah mengubah cara akuntan mengelola data. Jika sebelumnya laporan keuangan hanya mengandalkan structured data yang terformat rapi, kini unstructured data juga memiliki peran penting dalam memberikan penjelasan terkait konteks dan bukti dari transaksi yang sudah terjadi. Kombinasi keduanya memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang tidak hanya akurat secara angka, tetapi juga komprehensif dalam menjelaskan latar belakang transaksi dan keputusan bisnis. Oleh karena itu, akuntan masa kini dituntut untuk tidak hanya mahir membaca laporan keuangan, tetapi juga memahami bagaimana
memanfaatkan teknologi analitik untuk mengolah data dari berbagai sumber. Dengan begitu, profesi akuntansi dapat semakin relevan dalam mendukung transparansi, akuntabilitas, serta pengambilan keputusan yang berbasis data di era digital.
Referensi:
- Lewis, C., & Young, S. (2019). Fad or future? Automated analysis of financial text and its implications for corporate reporting. Accounting and Business Research, 49(5), 587–615. https://doi.org/10.1080/00014788.2019.1611730
- Guo, Li & Shi, Feng & Tu, Jun. (2017). Textual Analysis and Machine Leaning: Crack Unstructured Data in Finance and Accounting. The Journal of Finance and Data Science. 2. 10.1016/j.jfds.2017.02.001.
Comments :