Dengan semakin pesatnya kemajuan dunia bisnis mendorong para pemimpin untuk membangun strategi yang dapat menjaga reputasi dan stabilitas perusahaan yang mampu bersaing terhadap para kompetitor serta menguasai pasar, dimana strategi tersebut difokuskan pada kegiatan operasional yang berorientasi untuk menghasilkan profitabilitas (Laba) yang maksimal. Dalam rangka untuk menghasilkan suatu laba, perusahaan perlu melakukan analisis dan evaluasi terhadap kebutuhan internal yang dapat dipenuhi melalui tata kelola manajemen yang efektif untuk memastikan selain seluruh aktivitas berjalan sesuai prosedur, perusahaan dapat melakukan alokasi penggunaan biaya yang efisien untuk mengoptimalkan sumber daya secara optimal serta memaksimalkan tingkat kepuasan pelanggan.

Berdasarkan data dari badan Statistik Indonesia di tahun 2025 menginformasikan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang mengalami pertumbuhan sebesar 4.87% pada Q1 2025 bila dibandingkan dengan Q1 tahun 2024. Kemajuan perekonomian negara salah satunya disebabkan karena pesatnya perkembangan dunia industri yang berdampak pada peningkatan pendapatan karyawan, menciptakan lapangan pekerjaan, hingga investasi pada berbagai sektor yang memadai.

Namun, dalam menjalani prosesnya perusahaan seringkali ditemukan menggali sumber daya alam secara sembarangan tanpa melakukan perbaikan kembali terhadap kondisi lingkungan. Menurut Bloomberg Technoz (2025) menyebutkan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki kualitas udara (Air quality) terburuk di dunia, dimana bila melihat pada data Air Quality Index United States (AQI US) di Bulan Juni 2025 menunjukan Indonesia memiliki index 120 dan dikategorikan sebagai tidak sehat. Selain berdampak pada kualitas udara yang memburuk, beberapa aspek yang perlu diperhatikan seperti menurunnya kualitas air bersih, perusakan habitat, kurangnya reboisasi hutan, hingga kurangnya distribusi pangan nasional akibat pengurangan jumlah lahan menjadi perhatian untuk menjaga Indonesia yang dapat bertahan hingga masa mendatang serta mewujudkan salah satu tujuan, yaitu Visi Indonesia Emas 2045.

Dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran public secara global, Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI) mengadakan IAMI Conference 2025 yang bertema “The Frontier in ESG: Management Accountants Roles in Saving the Earth and Promoting National Prosperity” pada tanggal 20 Juni dan 21 Juni 2025 di Jakarta. Sebagai perwakilan dari School of Accounting Binus University, pada conference tersebut dihadiri oleh pemerintah, praktisi dari sektor Energi, Manufaktur, hingga akademisi dari perguruan tinggi untuk melihat bagaimana perusahaan dapat menyelamatkan lingkungan sekitar dengan bantuan dari peran Akuntan Manajemen. Akuntan tidak hanya berfokus kepada masa lampau yang bermula dari pengumpulan data transaksi, pencatatan jurnal, hingga menyajikan laporan keuangan. Melainkan, Akuntan dapat membantu melakukan evaluasi manajemen risiko yang menjadi dasar pengambilan keputusan bisnis, yang dengan demikian orientasi yang dapat dibangun adalah tertuju kepada masa mendatang.

Pada conference tersebut dijelaskan bahwa banyak perusahaan telah melakukan beberapa pendekatan untuk mencapai tujuan ESG (Environment, Social, and Governance) yang dikaji sesuai dengan kebijakan perusahaan dan aturan standar berupa GRI (Global Reporting Initiative), SASB, hingga IFRS S1 & S2. Selain membangun ESG Metrics untuk mengetahui risiko dan peluang yang dapat dicapai oleh perusahaan, Pertamina khususnya telah menggunakan Scenario Analysis dan Bifurcation Point untuk memprediksi potensi yang dapat terjadi dan bagaimana pada suatu titik tercipta beberapa cabang yang dapat terjadi di masa mendatang. Hal tersebut telah menunjukan bahwa berbagai perusahaan seperti Perbankan (BTN), perusahaan energi (Medco), IFG, hingga BUMN (Pertamina) telah fokus dengan pendekatan yang diadaptasikan untuk mewujudkan tujuan ESG dan Sustainability Development Goals 2030.

Dalam hal inilah Akuntan membantu perusahaan dengan memahami laju performa transaksi dan kegiatan yang berlangsung di masa lalu, sehingga dapat memberikan rekomendasi dan saran yang relevan untuk pengalokasian biaya yang optimal dengan fokus pada penggunaan yang bermanfaat bagi para pemangku kepentingan. Perusahaan perlu melihat bahwa untuk mencapai sustainability dan kehidupan lingkungan yang dapat bertahan secara jangka panjang bukanlah beban yang merugikan, melainkan bagaimana perusahaan dapat melihat sebagai manfaat yang turut memberikan nilai tambah bagi organisasi, yang dengan demikian bukan hanya sebatas profit (Laba) saja yang dituju oleh perusahaan, melainkan bagaimana mampu memanfaatkan data dan informasi yang direpresentasikan dalam bentuk visual dan sebagainya sebagai landasan pengambilan keputusan pada manajemen strategis bisnis untuk menciptakan nilai (Value creation). Hal itulah yang dapat dilakukan oleh Akuntan hingga Auditor sekalipun dalam memberikan assurance terhadap manajemen risiko bisnis dengan standar yang siap digunakan per 01 Januari 2027 nanti.

REFERENSI:

  • Technoz, B. (2025). Retrieved from Bloomberg Technoz: https://www.bloombergtechnoz.com/