6 Elements of Fraud-Fighting Model di Suatu Organisasi
Fraud atau kecurangan adalah ancaman nyata bagi setiap organisasi, baik dalam bentuk penyalahgunaan aset, manipulasi laporan keuangan, maupun penipuan lainnya. Untuk melawan hal ini secara efektif, perusahaan perlu menerapkan model pencegahan fraud yang menyeluruh dan sistematis. Model ini terdiri dari 6 elemen utama yang saling melengkapi untuk membentuk pertahanan yang kuat terhadap kecurangan, yaitu:
Element 1: Positive Tone at the Top
Segala upaya pencegahan fraud harus dimulai dari pimpinan tertinggi perusahaan. “Tone at the top” mengacu pada sikap dan perilaku manajemen puncak dalam menegakkan etika dan integritas. Ketika pimpinan menunjukkan komitmen yang jelas terhadap kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas, maka nilai-nilai tersebut akan menjalar ke seluruh lapisan organisasi. Sebaliknya, jika pimpinan bersikap permisif terhadap pelanggaran, maka budaya organisasi pun akan tercemar dan risiko fraud meningkat.
Element 2: Education and Training for Employees and Others
Pendidikan dan pelatihan adalah kunci agar seluruh karyawan dan pihak terkait memahami betapa seriusnya ancaman fraud. Organisasi perlu menyelenggarakan program pelatihan rutin untuk memberikan pemahaman tentang jenis-jenis fraud, dampaknya terhadap perusahaan, serta langkah-langkah yang harus dilakukan jika mereka mencurigai adanya kecurangan. Dengan pengetahuan yang cukup, karyawan akan lebih waspada dan berani melapor saat melihat hal yang mencurigakan.
Element 3: Integrity Risk Assessment and Internal Control System
Penilaian risiko integritas dan sistem pengendalian internal yang kuat menjadi fondasi pencegahan fraud. Organisasi harus secara proaktif mengidentifikasi area-area rawan fraud, seperti transaksi tunai, rekonsiliasi keuangan, atau pembelian barang dan jasa. Setelah itu, diperlukan pengendalian internal yang efektif seperti pemisahan tugas, sistem otorisasi, dan audit internal untuk meminimalkan peluang terjadinya penyimpangan.
Element 4: Reporting and Monitoring System
Sistem pelaporan dan pemantauan yang efektif memungkinkan organisasi untuk mengawasi aktivitas karyawan dan mendeteksi anomali sejak dini. Ini mencakup penyediaan saluran pelaporan anonim (whistleblowing channel) dan dashboard pemantauan transaksi yang berbasis teknologi. Informasi yang diperoleh melalui sistem ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi tren, mengevaluasi efektivitas kebijakan, serta merespons dengan cepat terhadap insiden yang mencurigakan.
Element 5: Proactive Fraud Detection Methods in Place
Selain bersifat reaktif, perusahaan juga perlu mengadopsi pendekatan proaktif dalam mendeteksi fraud. Ini dapat dilakukan melalui audit investigatif, penggunaan data analytics untuk mendeteksi pola-pola tidak wajar, dan pemeriksaan mendadak. Metode ini memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi dan menghentikan fraud sebelum menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Element 6: Effective Investigation and Follow-Up
Ketika fraud terjadi, investigasi yang cepat, profesional, dan menyeluruh sangat penting untuk menegakkan keadilan dan mencegah terulangnya kejadian serupa. Proses ini harus mencakup pengumpulan bukti yang sah, wawancara terhadap pihak terkait, serta dokumentasi yang lengkap. Tindak lanjut yang tegas, seperti sanksi disiplin atau tindakan hukum, akan mengirimkan pesan kuat bahwa organisasi tidak mentolerir kecurangan dalam bentuk apa pun.
Kesimpulan
Penerapan enam elemen ini secara konsisten akan membentuk sistem pertahanan organisasi yang kokoh terhadap ancaman fraud. Mencegah dan memberantas kecurangan bukan hanya tanggung jawab tim audit atau keuangan, tetapi merupakan komitmen bersama seluruh lini organisasi. Dengan budaya integritas, sistem yang kuat, dan sikap proaktif, risiko fraud dapat ditekan secara signifikan, menjaga keberlanjutan dan reputasi perusahaan di masa depan.
Referensi:
- W. Steve Albrecht, Chad O. Albrecht, Conan C. Albrecht, Mark F. Zimbelman. (2019). Fraud Examination. Mason, Ohio: South Western – Cengage Learning.
Comments :