Kemampuan seperti critical thinking dan literasi digital menjadi salah satu kemampuan yang dianggap sangat diperlukan semakin berjalannya kehidupan sehari-hari. Di masa di mana terdapat banyak berita palsu di antara fakta dan berita sesungguhnya, diperlukan pemikiran kritis tersebut untuk dapat membedakan antara kedua itu. 46% dari responden menganggap bahwa kepentingan berpikir secara kritis dan literasi digital adalah untuk membantu menganalisa informasi dan berpikir secara inovatif, yang diikuti oleh membantu menyelesaikan masalah dan membuat strategi yang lebih baik untuk 45% responden.

Di luar pendidikan formal, 75% merasa termotivasi untuk dapat mengembangkan kemampuan yang baru dengan pendidikan non-formal tersebut. Selain itu, mayoritas juga merasakan bahwa akan lebih cepat untuk mengambil pendidikan non-formal dibandingkan dengan pendidikan formal seperti Perguruan Tinggi dengan pembelajaran yang bervariasi dari 2 tahun sampai 5 tahun. Banyak dari Gen Z dan Milenial merasa bahwa terdapat kemampuan secara spesifik yang perlu dipelajarinya namun diperlukan dalam waktu yang singkat, sehingga pendidikan non-formal seperti Coursera, edX, CFI, dan Udemy menjadi salah satu opsi untuk mereka. Namun tidak menghiraukan pendidikan formal, 53% merasakan bahwa perlu diimplementasikan kepentingan dalam edukasi kesehatan mental dalam kurikulum sekolah sehingga para murid bisa lebih sadar dalam menjada kesehatan mental tersebut.

Selain aksesabilitas pendidikan non-formal, banyak pihak yang juga menyadari bahwa pendidikan formal, terutama pendidikan tinggi, juga diperlukan sekarang. Selain sekedar meningkatkan kesempatan pekerjaan (63%), kualifikasi dari pendidikan tinggi juga meningkatkan kompetisi tenaga kerja global (59%), menjadi akses terhadap penghasilan yang lebih besar (58%), memperbaik stabilitas pekerjaan (57%), dan meningkatkan status sosial (55%). Semua ini diakibatkan kepercayaan diri yang didapatkan ketika berhasil mendapatkan kualifikasi tersebut di atas kemampuan dan ilmu yang didapatkan selama proses pembelajaran. Terutama mempertimbangkan posisi-posisi yang sangat teknis dan memerlukan pemahaman hardskill yang cukup signifikan untuk dapat dijalankan.

Tapi tidak hanya lowongan pekerjaan yang mencari Gen Z dan Milenial, namun juga sebaliknya. Masyarakat sekarang akan lebih memilih pekerjaan yang dapat memastikan work-life balance, pemenuhan dalam prioritas perawatan pekerjaan dan pribadi, dan fleksibilitas. Mereka pun akan lebih nyaman ketika mendapatkan lapangan kerja yang dapat mendukung pertumbuhan dan inovasi, sehingga tidak terasa terikat dan memiliki suatu unsur kebebasan yang diberikan oleh pemberi kerja, tidak hanya pada tugas dan kewajiban yang bersifat monoton saja.

Referensi:

  • IDN Times. 2024. “Indonesia Millenial and Gen Z Report 2025: Understanding and Uncovering the Behavior, Challenges, and Opportunities.” IDN Research Institute. IDN Times. https://cdn.idntimes.com/content-documents/indonesia-millennial-genz-report-2025.pdf.