Investigasi kecurangan keuangan merupakan proses yang kompleks dan memerlukan
pendekatan yang sistematis untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengatasi
praktik curang yang dapat merugikan perusahaan. Metode forensik dalam investigasi
kecurangan keuangan berfokus pada penggunaan teknik dan alat yang dirancang untuk
mendeteksi, menganalisis, dan mengumpulkan bukti yang relevan. Dalam konteks ini,
akuntansi forensik memainkan peran penting dalam membantu perusahaan dan
lembaga penegak hukum untuk mengungkap kecurangan dan memastikan
akuntabilitas.

Salah satu metode utama dalam investigasi kecurangan keuangan adalah analisis data.
Auditor forensik menggunakan perangkat lunak analisis data untuk memeriksa volume
data yang besar dan mengidentifikasi pola atau anomali yang mencurigakan. Teknik ini
memungkinkan auditor untuk melakukan analisis statistik dan menemukan transaksi
yang tidak biasa, seperti pengeluaran yang tidak sesuai atau pendapatan yang tidak
terduga. Misalnya, analisis regresi dapat digunakan untuk membandingkan data
keuangan dengan tren historis, sehingga auditor dapat mengidentifikasi penyimpangan
yang mungkin menunjukkan manipulasi. Dengan pendekatan ini, auditor dapat
mengungkapkan informasi yang tersembunyi dan memberikan wawasan yang lebih
dalam tentang kinerja keuangan perusahaan (Kranacher, Riley, & Wells, 2011).

Selain analisis data, wawancara juga merupakan teknik penting dalam investigasi
kecurangan keuangan. Auditor forensik sering melakukan wawancara dengan
karyawan, manajemen, dan pihak terkait lainnya untuk mengumpulkan informasi yang
relevan. Wawancara ini dapat membantu auditor memahami konteks bisnis dan
mengidentifikasi potensi risiko kecurangan. Selain itu, auditor dapat mengevaluasi
konsistensi informasi yang diberikan oleh berbagai pihak, yang dapat mengindikasikan
adanya ketidakberesan. Teknik wawancara yang efektif melibatkan pertanyaan terbuka
dan mendalam, yang memungkinkan auditor untuk menggali informasi lebih lanjut dan
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang situasi yang sedang diinvestigasi
(Wells, 2014).

Pengujian transaksi juga merupakan metode yang digunakan dalam investigasi
kecurangan keuangan. Auditor forensik melakukan pengujian terhadap transaksi
tertentu untuk memastikan bahwa mereka dicatat dengan benar dan sesuai dengan
kebijakan perusahaan. Ini termasuk memeriksa dokumen pendukung, seperti faktur,
kwitansi, dan kontrak, untuk memastikan bahwa transaksi tersebut valid. Pengujian ini
dapat membantu auditor mengidentifikasi transaksi yang tidak sah atau tidak sesuai,
serta memberikan bukti yang diperlukan untuk mendukung temuan audit (Singleton &
Singleton, 2010).

Metode lain yang sering digunakan dalam investigasi kecurangan keuangan adalah
analisis rasio. Auditor dapat menggunakan rasio keuangan untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan dan mengidentifikasi potensi manipulasi. Misalnya, rasio profitabilitas,
likuiditas, dan solvabilitas dapat memberikan wawasan tentang kesehatan keuangan
perusahaan. Jika rasio menunjukkan penyimpangan yang signifikan dari norma industri
atau tren historis, ini dapat menjadi indikasi adanya manipulasi data keuangan. Dengan
menganalisis rasio ini, auditor dapat mengarahkan perhatian mereka pada area yang
memerlukan penyelidikan lebih lanjut (Zimbelman & Albrecht, 2012).

Selain itu, teknik pengumpulan bukti digital juga semakin penting dalam investigasi
kecurangan keuangan. Dengan meningkatnya penggunaan teknologi dalam bisnis,
auditor forensik harus mampu mengumpulkan dan menganalisis data elektronik. Ini
termasuk email, dokumen digital, dan data dari sistem informasi perusahaan. Teknik ini
memungkinkan auditor untuk mengidentifikasi komunikasi yang mencurigakan dan
transaksi yang tidak sesuai, serta memberikan bukti yang kuat dalam kasus kecurangan
(Albrecht & Albrecht, 2008).

Dalam konteks regulasi, banyak negara telah mengeluarkan pedoman yang mengatur
praktik akuntansi forensik. Misalnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia telah
mengeluarkan peraturan yang mendorong perusahaan untuk memiliki sistem
pengendalian internal yang efektif dan melakukan audit forensik jika terdapat indikasi
kecurangan. Hal ini menunjukkan bahwa metode forensik dalam investigasi kecurangan
keuangan tidak hanya penting untuk mendeteksi manipulasi data keuangan, tetapi juga
merupakan bagian integral dari tata kelola perusahaan yang baik (OJK, 2016).

Secara keseluruhan, metode forensik dalam investigasi kecurangan keuangan
memainkan peran penting dalam mendeteksi dan mencegah praktik curang. Dengan
menggunakan analisis data, wawancara, pengujian transaksi, analisis rasio, dan
pengumpulan bukti digital, auditor forensik dapat mengidentifikasi praktik curang dan
memberikan rekomendasi untuk perbaikan. Meskipun tantangan yang dihadapi dalam
investigasi kecurangan keuangan cukup besar, manfaat yang ditawarkan dalam
menjaga integritas laporan keuangan dan mencegah penipuan jauh lebih besar.

Referensi:

  • Albrecht, W. S., & Albrecht, C. O. (2008). Fraud examination. Cengage Learning.
  • Kranacher, M. J., Riley, R. A., & Wells, J. T. (2011). Forensic accounting and
    fraud examination. John Wiley & Sons.
  • Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (2016). Peraturan OJK No. 56/POJK.04/2015
    tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan fungsi audit internal.
    OJK. https://www.ojk.go.id
    4. Singleton, T. W., & Singleton, A. J. (2010). Fraud auditing and forensic
    accounting. John Wiley & Sons.
    5. Wells, J. T. (2014). Principles of fraud examination. John Wiley & Sons.
    6. Zimbelman, M. F., & Albrecht, W. S. (2012). Fraud detection and deterrence: A
    review of the literature. Journal of Forensic & Investigative Accounting, 4(1), 1-
    20. https://www.aabri.com/manuscripts/121267.pdf
    7. Cressey, D. R. (1953). Fraud: A study of the social-psychological factors involved
    in the commission of fraud. Glencoe, IL: Free Press.
    8. Rezaee, Z. (2002). Forensic accounting: A new growth area for the accounting
    profession. Strategic Finance, 84(3), 24-29.