Akuntansi lingkungan (environmental accounting) merupakan pendekatan yang semakin penting dalam dunia bisnis modern, terutama dengan meningkatnya perhatian terhadap isu keberlanjutan dan dampak lingkungan. Dalam konteks ini, akuntansi lingkungan tidak hanya berfokus pada laporan keuangan tradisional yang meliputi pendapatan dan pengeluaran, tetapi juga mempertimbangkan biaya dan manfaat yang terkait dengan aktivitas yang memengaruhi lingkungan. Mengukur biaya dan manfaat keberlanjutan menjadi salah satu tantangan utama dalam akuntansi, karena melibatkan pengidentifikasian dan penilaian aspek non-finansial yang tidak selalu tercermin dalam laporan keuangan konvensional.

Salah satu aspek utama dari akuntansi lingkungan adalah pengukuran biaya lingkungan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang memengaruhi lingkungan, seperti emisi gas rumah kaca, penggunaan energi, pengelolaan limbah, dan kerusakan ekosistem. Biaya ini dapat berupa biaya langsung, seperti biaya pengolahan limbah atau pemulihan kerusakan lingkungan, maupun biaya tidak langsung, seperti dampak pada reputasi perusahaan dan potensi sanksi dari regulator. Mengukur biaya ini memerlukan pendekatan yang lebih holistik, karena tidak semua biaya dapat diukur dengan menggunakan standar akuntansi konvensional. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengembangkan sistem pelaporan yang mampu mengidentifikasi dan menghitung dampak lingkungan yang mungkin terlewatkan dalam pembukuan tradisional.

Selain biaya, manfaat keberlanjutan juga perlu diukur dalam konteks akuntansi lingkungan. Manfaat ini dapat berupa peningkatan efisiensi energi, pengurangan limbah, dan pemanfaatan sumber daya alam yang lebih bijaksana. Misalnya, perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan atau sistem energi terbarukan dapat mengurangi biaya operasional jangka panjang serta meningkatkan citra perusahaan di mata konsumen dan investor yang semakin sadar akan pentingnya isu keberlanjutan.