Perilaku keuangan (Financial Behavior) mengacu pada bagaimana individu membuat keputusan terkait pengelolaan keuangan, seperti berinvestasi, menabung, berbelanja, dan merencanakan keuangan untuk tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Di era digital saat ini, akses informasi yang luas dan cepat telah menjadi faktor utama yang memengaruhi keputusan-keputusan keuangan tersebut. Tak dapat dipungkiri bahwa informasi yang diterima oleh individu, terutama yang bersumber dari internet, sangat berpengaruh dalam membentuk cara mereka mengelola uang dan merencanakan masa depan finansial mereka. Seiring dengan berkembangnya akses informasi, cara individu memproses dan mengolah informasi juga turut berubah.

Berdasarkan laporan terbaru “Survei Penetrasi Internet Indonesia 2024” yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tercatat sebanyak 221,5 juta jiwa atau sekitar 221.563.479 orang di Indonesia adalah pengguna internet. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar individu Indonesia memiliki akses terhadap informasi keuangan melalui internet, yang tentunya memengaruhi pengambilan keputusan finansial mereka.

Fenomena ini membawa tantangan baru dalam perilaku keuangan masyarakat Indonesia, antara lain:

  1. Konsumsi Berlebihan (Overconsumption)

Munculnya berbagai platform e-commerce dan layanan streaming yang menawarkan kemudahan berbelanja dan hiburan telah memicu kecenderungan untuk berbelanja impulsif dan berlangganan secara berlebihan. Pengaruh promosi online yang terus-menerus membuat banyak individu kesulitan mengontrol pengeluaran, yang pada gilirannya meningkatkan risiko konsumsi berlebihan.

  1. Kurangnya Perencanaan Keuangan yang Matang

Banyak individu yang belum memiliki perencanaan keuangan yang jelas, baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang. Tanpa anggaran yang terstruktur, banyak orang cenderung mengelola uang berdasarkan keinginan sesaat tanpa mempertimbangkan prioritas atau tujuan keuangan yang lebih besar.

  1. Kesulitan dalam Menabung untuk Dana Darurat

Sebagian besar masyarakat masih mengalami kesulitan dalam menyisihkan dana untuk tabungan darurat. Ketika menghadapi situasi tak terduga, seperti masalah kesehatan atau kehilangan pekerjaan, banyak yang terpaksa berutang untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Ketidakmampuan untuk menabung secara disiplin dapat memperburuk kondisi finansial di masa depan.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan akses informasi digital, penting bagi individu untuk diberikan edukasi finansial yang memadai. Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024, indeks literasi keuangan penduduk Indonesia mencapai 65,43%, sementara indeks inklusi keuangan berada di angka 75,02%. Ini menunjukkan bahwa meskipun masyarakat Indonesia lebih terpapar pada berbagai instrumen keuangan, tingkat pemahaman mereka mengenai pengelolaan keuangan masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, pertumbuhan digital ini perlu diimbangi dengan edukasi finansial yang lebih massif agar masyarakat dapat membuat keputusan keuangan yang lebih bijak.

Referensi: