Faktor yang Memengaruhi Borrower Memilih Platform P2P Lending
Peer-to-peer (P2P) lending semakin populer di Indonesia, memberikan alternatif pembiayaan yang lebih cepat dan fleksibel dibandingkan perbankan tradisional. Bagi borrower (peminjam), ada beberapa faktor utama yang memengaruhi keputusan mereka dalam memilih platform P2P lending:
- Kemudahan Akses
Platform P2P lending sering kali tidak mensyaratkan dokumentasi rumit yang biasa diminta oleh bank. Borrower dapat mengakses pinjaman melalui aplikasi atau web dengan proses yang cepat dan transparan. Kemudahan ini sangat menarik bagi individu atau UMKM yang kesulitan mendapatkan kredit dari lembaga keuangan formal.
- Biaya dan Suku Bunga
Platform dengan suku bunga yang rendah cenderung lebih diminati. Beberapa borrower juga memperhatikan biaya tambahan seperti biaya administrasi atau denda keterlambatan, sehingga transparansi biaya menjadi faktor penting dalam pemilihan platform.
- Reputasi dan Kepercayaan
Reputasi platform menjadi pertimbangan besar bagi borrower, terutama di tengah kasus pinjaman online ilegal. Borrower cenderung memilih platform yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) karena menjamin keamanan data dan perlindungan konsumen.
- Fitur Teknologi
Platform yang menawarkan fitur teknologi canggih seperti kalkulator pinjaman, simulasi cicilan, atau integrasi dengan data keuangan memudahkan borrower untuk memahami dan mengelola pinjaman mereka.
- Kemudahan Pembayaran
Fasilitas pembayaran yang fleksibel seperti melalui e-wallet atau minimarket menarik banyak borrower. Hal ini memungkinkan mereka melakukan pembayaran kapan saja dan di mana saja.
- Target Pengguna
Beberapa platform dirancang khusus untuk kelompok tertentu, seperti UMKM, petani, atau peminjam dengan prinsip syariah. Borrower sering kali memilih platform yang lebih sesuai dengan kebutuhan atau nilai-nilai mereka.
Referensi:
- https://duniafintech.com/ekosistem-p2p-lending-di-indonesia/
- Yung, S. et al. (2024). “Choosing and evaluating P2P lending with value engineering as a decision support system: An Indonesian case study”, Information, 15(9), p. 544. doi:10.3390/info15090544.
Comments :