Model Fama-French Tiga Faktor
Model Fama-French Tiga Faktor dikembangkan oleh Eugene Fama dan Kenneth French pada awal 1990-an. Model ini dirancang untuk memperbaiki model Capital Asset Pricing Model (CAPM) tradisional, yang hanya mempertimbangkan satu faktor—risiko pasar. Fama dan French memperkenalkan dua faktor tambahan, yaitu ukuran perusahaan (size) dan nilai (value), untuk menjelaskan variasi dalam return saham yang tidak dijelaskan oleh CAPM.
Dalam makalahnya, Fama dan French menyatakan bahwa the CAPM’s failure to explain returns suggests that much of the variation in stock returns is not captured by the market beta (Fama & French, 1992). Oleh karena itu, model tiga faktor ini memperhitungkan bahwa saham-saham perusahaan kecil dan saham dengan rasio book-to-market yang tinggi cenderung memberikan return yang lebih tinggi.
Faktor-Faktor dalam Model Fama-French
Model Fama-French terdiri dari tiga faktor utama:
- Pasar (Market) – Sama seperti CAPM, model ini mempertimbangkan premi risiko pasar yang diukur dengan return pasar dikurangi dengan tingkat bebas risiko (misalnya, Treasury bill).
- Ukuran (Size) – Fama dan French menemukan bahwa saham-saham perusahaan kecil cenderung menghasilkan return yang lebih tinggi daripada saham perusahaan besar. Faktor ini dikenal dengan istilah SMB (Small Minus Big), yang mewakili perbedaan return antara portofolio perusahaan kecil dan besar. Fama dan French menyatakan bahwa “small stocks have higher average returns than big stocks” (Fama & French, 1993).
- Nilai (Value) – Saham-saham dengan rasio book-to-market yang tinggi, atau yang sering disebut sebagai “saham value,” memiliki kecenderungan untuk menghasilkan return lebih tinggi daripada “saham growth.” Faktor ini dikenal dengan istilah HML (High Minus Low), yang merupakan perbedaan return antara perusahaan dengan nilai book-to-market tinggi dan rendah. Fama dan French menuliskan bahwa “high book-to-market stocks earn higher returns than low book-to-market stocks” (Fama & French, 1993).
Implikasi dan Aplikasi Model Fama-French
Model Fama-French Tiga Faktor telah menjadi dasar untuk strategi investasi yang menggunakan pendekatan faktor. Model ini digunakan oleh manajer investasi untuk menyaring saham-saham berdasarkan ukuran dan rasio nilai untuk membangun portofolio yang potensial memberikan return lebih tinggi. Model ini juga membantu menjelaskan anomali pasar yang tidak dapat dijelaskan oleh CAPM, seperti efek perusahaan kecil dan efek value.
Studi Fama dan French ini mempengaruhi akademisi dan praktisi keuangan, karena menunjukkan bahwa pasar tidak sepenuhnya efisien dan bahwa ada peluang untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang secara konsisten terkait dengan return saham. Seperti yang dituliskan oleh Fama dan French, our results suggest that differences in average returns are related to firm characteristics that capture size and book-to-market ratios (Fama & French, 1993).
Meskipun model Fama-French Tiga Faktor telah diterima luas, model ini juga menerima kritik. Kritik utamanya adalah bahwa model ini tidak memperhitungkan faktor-faktor lain yang mungkin relevan dalam menjelaskan return saham, seperti momentum. Dalam upaya untuk mengatasi keterbatasan ini, Fama dan French kemudian mengembangkan model lima faktor yang menambahkan profitabilitas (profitability) dan investasi (investment) sebagai variabel tambahan.
Menurut Fama dan French, the five-factor model performs better than the three-factor model dalam menjelaskan return saham, meskipun penambahan faktor ini membuat model menjadi lebih kompleks (Fama & French, 2015). Meskipun model ini telah menerima kritik dan terus mengalami pengembangan, model Fama-French tetap menjadi landasan dalam analisis investasi dan penelitian akademik.
Referensi:
- Fama, E. F., & French, K. R. (1992). “The Cross-Section of Expected Stock Returns.” The Journal of Finance, 47(2), 427-465.
- Fama, E. F., & French, K. R. (1993). “Common Risk Factors in the Returns on Stocks and Bonds.” Journal of Financial Economics, 33(1), 3-56.
- Fama, E. F., & French, K. R. (2015). “A Five-Factor Asset Pricing Model.” Journal of Financial Economics, 116(1), 1-22.
Comments :