Perilaku herding dalam investasi adalah kecenderungan individu untuk mengikuti keputusan investasi yang dilakukan oleh sekelompok orang atau investor lain, sering kali tanpa mempertimbangkan analisis independen atau kondisi pasar yang mendasarinya. Fenomena ini kerap dibahas dalam studi keuangan dan perilaku investasi karena pengaruhnya yang signifikan terhadap stabilitas pasar serta potensinya untuk menciptakan volatilitas tinggi. Perilaku herding terlihat saat individu atau kelompok investor mengambil keputusan berdasarkan tindakan mayoritas alih-alih melalui analisis atau strategi investasi yang rasional. Sebagai contoh, investor dapat tertarik mengikuti arus pasar hanya karena keputusan yang sama diambil banyak orang, meskipun kondisi fundamental dari aset yang diinvestasikan belum tentu mendukung keputusan tersebut (Handoko et al., 2024).

Perilaku herding ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor psikologis, sosial, dan situasional. Ketidakpastian atau kurangnya informasi sering kali memicu herding, sebab saat individu merasa tidak yakin dengan arah pasar atau kekurangan informasi, mereka cenderung mengikuti mayoritas sebagai panduan. Selain itu, tekanan sosial dan rasa takut akan ketinggalan (FOMO) juga berperan besar dalam perilaku ini (Mishra & Waghmare, 2020). Dalam lingkungan sosial atau komunitas investasi, terdapat tekanan untuk mengikuti tren yang sedang populer, terutama agar tidak kehilangan kesempatan yang diikuti banyak orang. Di samping itu, investor juga seringkali rentan terhadap bias informasi atau heuristik, yang membuat mereka mengabaikan analisis mendalam dan cenderung mengikuti pola keputusan yang dianggap populer dalam kelompok. Efek ini semakin kuat dengan kehadiran media sosial dan informasi daring yang menyebar cepat.

Dampak dari perilaku herding dalam pasar keuangan dapat bervariasi, tetapi sering kali menciptakan volatilitas harga yang ekstrim. Harga aset dapat naik tajam tanpa alasan fundamental yang jelas ketika banyak investor ikut-ikutan membeli, yang kemudian berisiko menciptakan gelembung pasar. Sebaliknya, saat investor ramai-ramai keluar dari pasar, harga dapat jatuh drastis, menyebabkan ketidakstabilan pasar. Selain memengaruhi pasar, herding juga berdampak pada kualitas keputusan individu, karena fokus mereka lebih tertuju pada mengikuti mayoritas ketimbang strategi investasi yang rasional dan mandiri.

Untuk menghindari dampak negatif dari perilaku herding, investor disarankan melakukan analisis mendalam dan mempertimbangkan data fundamental maupun teknikal sebelum membuat keputusan. Selain itu, mengelola emosi dan mencegah efek FOMO sangat penting agar keputusan investasi lebih rasional dan fokus pada tujuan jangka panjang. Literasi keuangan yang baik juga diperlukan untuk membantu investor memahami konsep dasar investasi seperti risiko, return, dan fundamental perusahaan, yang dapat menjadi perlindungan dari kecenderungan herding.

Referensi:

  • Handoko, B. L., Hamsal, M., Sundjaja, A. M., & Gunadi, W. (2024). Heuristic Bias and Herding Behavior for Predicting Investor Decision in Cryptocurrency Trading. International Journal of Safety and Security Engineering, 14(4), 1269–1277. https://doi.org/10.18280/ijsse.140424
  • Mishra, V., & Waghmare, P. (2020). Cryptocurrency an Era of Digital Currency. International Journal of Creative Research Thouhts (IJCRT), 8(1), 60–70.

BLH