Dengan banyaknya perusahaan yang menerapkan konsep tersebut, accounting conservatism merupakan sebuah prinsip yang tidak terpisah dari bisnis. Tidak ada perusahaan yang tidak menerapkan konsep tersebut, saking signifikannya dalam akuntansi. Meski dari perusahaan ke perusahaan, negara ke negara, mungkin terdapat accounting conservatism yang berbeda. Mungkin berbeda dalam definisi atau dalam metode penerapannya, namun yang jelas semua perusahaan pasti ada bentuk accounting conservatism yang dipraktikkan.

Dengan kemunculan pertamanya pada abad ke-15, konsep dari accounting conservatism awalnya didebatkan secara formal pada tahun 1939. Satu sisi merasa untuk tetap menggunakan historical cost dan satunya menganggap bahwa menggunakan nilai pasar akan lebih praktis. Di sini accounting conservatism ditunjukkan sebagai suatu prinsip yang menyajikan laporan keuangan yang lebih akurat pada masa di mana untung masih menjadi satu-satunya tujuan didirikan sebuah bisnis. Semakin berjalannya waktu, terus dirasakan bahwa terdapat keperluan accounting conservatism dikarenakan terjadinya understatement pada pendapatan dan aktiva. Ini kemudian menjadi sebuah kesempatan untuk menyembunyikan penyalahgunaan asset yang tidak terlihat dari kurangnya penyajian pendapatan atau aktiva.

Dalam konteks ini, terdapat beberapa definisi dari conservatism. Conservatism dapat berarti sebuah tindakan yang dipertimbangkan dengan cukup terhadap sebuah ketidakpastian. Dapat didefinisikan juga accounting conservatism sebagai kebiasaan melakukan penyajian yang mengurang (understatement) terhadap perusahaan untuk memastikan nilai buku perusahaan di bawah nilai pasar. Ada juga yang mendefinisikannya sebagai pendapatan yang menyampaikan berita buruk lebih cepat dari berita baik. Ini terlihat bahwa seharusnya accounting conservatism merupakan sesuatu yang merugikan, namun ternyata masih banyak perusahaan yang menggunakannya.

Dalam menjelajahi accounting conservatism sebagai sebuah konsep, terdapat beberapa alternatif yang dapat menjelaskan peran dan keperluannya. Terdapat penjelasan dari perspektif contracting, litigasi pemegang saham, perpajakan dan regulasi akuntansi. Masing-masing memiliki sebuah pendekatan terhadap accounting conservatism. Meskipun terdapat perbedaan dari perspektif yang diambil, masih terdapat keterkaitan dan persamaan antar perspektif tersebut, sehingga masih menunjukkan accounting conservatism sebagai suatu konsep yang menyeluruh. Meski sebagai sebuah konsep yang mendunia, tetap masih banyak bagian dari accounting conservatism yang perlu dipelajari lebih mendalam lagi dan perlu penjelajahan yang lebih jauh lagi.

Referensi:

  • Neag, R., & Maşca, E. (2015). Identifying Accounting Conservatism – A Literature review. Procedia Economics and Finance, 32, 1114–1121. https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)01576-2