Peran Akuntan Dalam Meminimalisir Karbon Berbasis Artificial Intelligence
Seiring dengan besarnya aktivitas bisnis telah menopang laju perekonomian negara secara signifikan, dimana selain besarnya laba yang dihasilkan perlu diperhatikan beberapa sisi yang berkaitan dengan kegiatan operasional tersebut seperti kontribusi terhadap lingkungan melalui tanggung jawab social dan pembangunan planet. Seluruh kajian informasi mengenai kegiatan operasional dan produktivitas tersaji dalam laporan keuangan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang menjadi dasar pertanggung jawaban kepada para pemangku kepentingan. Untuk menghasilkan laporan yang komprehensif dan relevan, Akuntan perlu memperhatikan laju transaksi bisnis yang tidak hanya fokus pada perolehan laba, melainkan dengan adanya beberapa bukti yang teridentifikasi dengan pengalokasian biaya, sumber daya, dan pembentukan struktur manajemen organisasi, meningkatkan performa perusahaan. Dengan pengelolaan manajemen yang efisien membantu meminimalisir penggunaan energi dan Listrik berlebih hingga biaya produksi yang menyisakan banyak barang terbuang, dimana berdampak pada penurunan penghasilan carbon yang merugikan masyarakat dan lingkungan (Dannouni et al., 2023).
Menurut Coaction (2022) Akuntansi Karbon memiliki peran krusial untuk mendukung kinerja operasional perusahaan yang berdampak pada penghasilan karbon, dimana tidak hanya bertujuan untuk mengurangi emisi karbon, melainkan juga berperan pada pengambilan keputusan atas energi yang dihasilkan. Seturut dengan yang disampaikan ICAEW (2023) bahwa Akuntan membantu menjaga keberlanjutan perusahaan dengan fokus pada 3P yang terdiri dari People, Planet, and Profit, dimana selaras dengan tujuan Sustainability Development Goals 2030 untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Namun, untuk membantu akuntan dalam mengevaluasi data dan menyajikan informasi yang lebih cepat dan terpercaya dapat mengadopsi Artificial Intelligence (AI) sebagai advance tools yang menunjang performa Akuntan secara real-time (Sutton et al., 2016).
Artificial Intelligence merupakan teknologi yang mampu membaca dan menganalisis dengan pengalaman selayaknya manusia untuk menghasilkan berbagai langkah alternatif kedepan yang memperluas wawasan pengguna (Munoko et al., 2020). Tetapi, teknologi turut membutuhkan peran dari manusia yang saling melengkapi untuk menghasilkan judgment yang memadai, sebagaimana yang dicanangkan oleh Jepang sejak tahun 2016 mengenai era society 5.0, yakni mencerdaskan masyarakat dengan bersinergi kepada teknologi. Menurut Boston Consulting Group (BCG, 2021) kehadiran AI di era society 5.0 yang mengolaborasikan Akuntan dengan berbasis sistem dapat menjadi terobosan baru dalam perhitungan karbon yang tidak hanya cepat, melainkan memberikan beberapa rekomendasi yang digabungkan dengan judgment akuntan untuk menentukan langkah yang lebih efektif untuk diterapkan perusahaan. Dengan adanya dasar data yang akurat serta hasil analisis yang memberikan beberapa proyeksi alternatif kedepan membantu memperluas pemimpin dalam mengambil keputusan dengan lebih mewaspadai kebutuhan internal, perputaran keuangan, alokasi biaya, hingga memenuhi ekspektasi investor dan pemangku kepentingan eksternal lainnya. Hal tersebut telah dibuktikan oleh BCG (2021) perusahaan yang telah mengadopsi mekanisme AI menekan emisi karbon yang dihasilkan perusahaan sebesar 5 – 10% yang setara dengan 2,6 – 5,3 gigaton CO2 (Carbon Dioxide).
Beberapa mekanisme proses Akuntansi Karbon dalam meminimalisir penghasilan karbon dengan berintegrasi pada AI berupa:
- Perencanaan – Dengan mengadopsi AI membantu meningkatkan performa kinerja Akuntan yang lebih tangkas (Agile) dalam menyusun strategi kepada seluruh department yang bertujuan untuk mewujudkan ekonomi hijau dengan memetakan cakupan efisiensi dan efektivitas operasional berdasarkan kemampuan finansial perusahaan.
- Pengukuran Risiko – Dalam menjalani strateginya, Akuntan perlu melakukan penilaian potensi risiko yang kemungkinan dapat terjadi dan membangun alternatif perubahan apabila diperlukan pada rencana untuk memitigasi risiko tersebut.
- Manajemen Biaya – Akuntan dapat memanfaatkan data transaksi serta pengalokasian sumber daya manusia yang relevan dengan kebutuhan dengan menyusun skala prioritas agar dapat dijalankan eksekusi secara efektif. Hal tersebut juga membantu perusahaan dalam melakukan investasi penggunaan AI dengan biaya yang mencukupi.
- Evaluasi – Selama menjalani eksekusi dari perencanaan yang dilakukan, Akuntan dapat melakukan evaluasi secara berkala untuk mempelajari kondisi yang terjadi agar dapat segera dilakukan perubahan apabila diperlukan dengan mengomunikasikannya pada para pemangku kepentingan.
REFERENSI
- Coaction. (2022, April 22). Peran Akuntan Hijau Melalui Akuntansi Karbon Dalam Menangani Isu Perubahan Iklim. dari: https://coaction.id/peran-akuntan-hijau-melalui-akuntansi-karbon-dalam-menangani-isu-perubahan-iklim/
- Dannouni, A., Deutscher, S. A., Dezzaz, G., Elman, A., Gawel, A., Hanna, M., . . . Ziat, A. (2023). Accelerating Climate Action with AI. Boston Consulting Group.
- ICAEW. (2023, July 11). Carbon Accounting: https://www.icaew.com/technical/sustainability/sustainability-and-climate-change-community/articles-carbon-accounting
- Munoko, I., Brown-Liburd, H. L., & Vasarhelyi, M. (2020). The Ethical Implications of Using Artificial Intelligence in Auditing. Journal of Business Ethics, 167(2), 209–234. https://doi.org/10.1007/s10551-019-04407-1
- Sutton, S. G., Holt, M., & Arnold, V. (2016). “The reports of my death are greatly exaggerated”—Artificial intelligence research in accounting. International Journal of Accounting Information Systems, 22, 60–73. https://doi.org/10.1016/j.accinf.2016.07.005
Comments :