Memahami profil penipu sangat penting dalam upaya pencegahan dan deteksi penipuan di organisasi mana pun. Meskipun tidak ada satu pola yang berlaku untuk semua penipu, ada beberapa karakteristik dan perilaku yang umum di antara mereka yang terlibat dalam aktivitas penipuan. Mengidentifikasi karakteristik ini akan sangat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mendeteksi dan mencegah penipuan. Di bawah ini profil lengkap penipu untuk membantu mencegah dan mendeteksi penipuan:

Karakteristik pribadi:

  1. Mengapa: Penipu seringkali membenarkan tindakannya secara tidak etis demi mendorongnya. Mereka mungkin meyakinkan diri mereka sendiri bahwa tindakan mereka perlu atau dibenarkan karena ketidakpuasan atau kesulitan keuangan.
  2. Oportunisme: Penipu cenderung mengeksploitasi kelemahan dan kesenjangan dalam pengendalian dan proses internal Mereka memanfaatkan peluang yang muncul karena lemahnya pengawasan atau  tidak memadainya pengawasan.
  3. Gaya Hidup Mewah: Beberapa penipu menunjukkan perubahan gaya hidup yang tiba-tiba atau tidak terduga, seperti: Membeli barang-barang mewah atau mengunjungi tempat-tempat mahal yang  tidak sebanding dengan pendapatan atau status Anda.
  4. Resistensi terhadap Perubahan: Penipu mungkin menolak perubahan prosedur dan kontrol karena hal itu dapat membahayakan kemampuan mereka untuk melakukan penipuan tanpa terdeteksi.
  5. Toleransi Risiko Tinggi: Mereka sering kali menunjukkan kesediaan mengambil risiko besar demi keuntungan pribadi, meski ada konsekuensi negatif jika ketahuan.

Indikator Perilaku:

  1. Keengganan Berbagi Tanggung Jawab: Penipu enggan berbagi tanggung jawab atau bekerja sama dengan orang lain karena meningkatkan risiko ketahuan.
  2. Sekretaris dan Penghindar: Kamu sering menunjukkan perilaku misterius. Mungkin terlalu protektif terhadap dokumen dan catatan keuangan dan menghindari pertanyaan langsung mengenai aktivitasnya.
  3. Masalah Pengendalian: Penipu mungkin menunjukkan keinginan untuk melakukan kontrol yang tidak semestinya atas proses dan informasi dengan menolak mendistribusikan tugas atau berbagi akses ke sistem penting.
  4. Transaksi yang Tidak Dapat Dijelaskan: Anda mungkin terlibat dalam transaksi yang tidak memiliki alasan bisnis yang jelas atau terlalu rumit untuk diselidiki.
  5. Penolakan Audit atau Peninjauan: Penipu dapat menolak atau menghindari audit atau peninjauan rutin atas karyanya karena takut terdeteksi sebagai penipuan.

Faktor Psikologis:

  1. Rasa Berhak: Beberapa penipu menunjukkan rasa berhak dan percaya bahwa mereka lebih berharga daripada yang mereka miliki, membenarkan  penipuan sebagai cara untuk mencapai hal ini.
  2. Kurangnya Empati: Mereka mungkin menunjukkan kurangnya empati terhadap korban penipuan dan memandang mereka sebagai penghalang kepentingan pribadinya.
  3. Ego dan Narsisme: Penipu bisa memiliki ego yang sangat besar dan cenderung narsistik, mencari kekaguman dan persetujuan melalui perilaku menipu.
  4. Perilaku Adiktif: Menyontek bisa membuat ketagihan bagi sebagian orang dan menyebabkan pola perilaku yang berulang dan semakin berbahaya.

Faktor Eksternal:

  1. Tekanan Finansial: Tekanan finansial atau utang pribadi yang signifikan dapat menyebabkan individu  melakukan penipuan  untuk mengurangi tekanan finansial.
  2. Ketidakpuasan di Tempat Kerja: Karyawan yang tidak puas dapat melakukan tindakan yang tidak pantas untuk membalas dendam atau menyatakan ketidakpuasan terhadap posisi atau gaji mereka.
  3. Kurangnya Pengawasan: Kontrol internal yang lemah, pengawasan yang tidak memadai, atau kurangnya pemisahan tugas menciptakan peluang bagi penipu untuk mengeksploitasi kerentanan

Kesimpulan:

Dengan mengenali karakteristik umum, perilaku, dan motivasi pelaku penipuan yang dijelaskan dalam profil ini, organisasi dapat mengembangkan strategi pencegahan dan deteksi penipuan yang lebih efektif. Dengan menerapkan pengendalian internal yang kuat, mendorong budaya integritas dan akuntabilitas, serta menjaga tanda bahaya, Anda dapat  mengurangi risiko penipuan secara signifikan dan melindungi aset dan reputasi perusahaan Anda. Selain itu, Anda dapat lebih memperkuat upaya pencegahan penipuan dengan menciptakan lingkungan yang mendorong pelaporan aktivitas  mencurigakan dan menyediakan saluran bagi pemberi informasi rahasia.

Referensi

  • “Fraud in Financial Scams, Credit Card, and Computer: A Review of Literature” oleh S.K. Sharma & R.K. Pandey (2023)
  • “Profil Penipu dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya” oleh R.A. Supriyono & M.I. Sari (2022)
  • “Pendekatan Data Mining untuk Deteksi Fraud Transaksi Keuangan” oleh E. Kusrini & D.A. Permana (2021)
  • Akuntansi Forensik dalam Referensi Analisis Transaksi Fraud Keuangan oleh Haryanto Tjahjono (2019)
  • The Fraud Detection Handbook: How to Identify and Prevent Fraud oleh Joseph T. Wells (2017)