MEMAHAMI KONSEP DASAR ETIKA PRINSIPAL

Dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip etika yang dipegang oleh pemimpin (pemimpin, pemberi mandat, atau penentu kebijakan) sangat penting. Sebagai prinsipal dalam sebuah organisasi atau kelompok, penting untuk menjamin keadilan dalam pengambilan keputusan dan perlakuan terhadap semua anggota. Ini termasuk memberikan kesempatan yang sama dan perlakuan yang adil tanpa diskriminasi.  Prinsip etika yang sangat penting adalah mempertahankan integritas pribadi dan profesional. Prinsip-prinsip ini harus memimpin dengan contoh dalam hal kejujuran, kepercayaan, dan etika kerja. Pemimpin harus berkomunikasi dengan anggota tim atau pihak terkiat dengan jujur dan terbuka. Memberikan informasi yang relevan serta akses terbuka ke kebijakann dan keputusan adalah bagian dari ini. Dengan mengadopsi kebijakan yang mendukung masyarakat, lingkungan, dan kepentingan umum, para pemimpin organisasi atau komunitas dapat mendorong keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Dalam organisasi atau tim, pemimpin harus mendorong kreativitas, inovasi, dan pemecahan masalah serta pencarian solusi berani. Berdasarkan prinsip-prinsip seperti empati, kerja sama, dan tanggung jawab, para pemimpin dapat menjadi pemimpin yang baik. Dalam kehidupan sehari-hari, prinsipal berarti menjadi orang yang baik dalam posisi kepimpinan atau penetuan kebijakan, dan memastikan bahwa Anda memengaruhi orang lain dengan cara yang baik.

Etika didalam berbisnis adalah sebuah cara untuk menjalankan sebuah bisnis itu sendiri. Dimana didalamnya mencakup aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan masyarakat. Menjadi penting sebenarnya untuk para pelaku bisnis untuk memiliki etika dalam menjalankan sebuah usaha bisnisnya. Jadi ini bisa menjadi salah satu aturan dasar dalam menjalankan sebuah kerajaan bisnis dalam SOP dan tatanan. Sederhananya lagi ini merupakan salah satu sikap sopan santun yang dilakukan ketika bertemu klien, produsen atau konsumen.

Di dalam beretika ini sendiri meliputi sikap seperti tepat waktu dalam menghadiri rapat, menyebutkan nama klien dengan baik. Memberi ucapan terima kasih atau maaf pada klien jika diperlukan. Hal-hal kecil inilah yang merupakan penerapan dari beretika dalam berbisnis.

Contoh The Public Opinion of Business Ethics dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut :

Pelayanan di minimarket alfamart. Dilansir dari berita detiknews, sering ditemukan isu pelayanan yang tidak ramah yang diberikan oleh kasir alfamart. Oleh karena itu, banyak opini bermunculan bahwa Perusahaan tidak melakukan pelatihan dan pemeriksaan yang benar terhadap karyawan-karyawan mereka. Hal ini mengurangi loyalitas konsumen sehingga pihak Alfamart menjadikan kejadian tersebut sebagai pembelajaran serta menjadi bahan perbaikan agar bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi ke depan

Pelayanan di puskesmas. Terdapat isu-isu yang mengungkapkan bahwa pelayanan yang diberikan Puskesmas kadang kurang memuaskan, para petugas yang seenaknya memberikan pelayanan yang menyebabkan kadang Puskesmas mendapatkan pandangan yang buruk. Muncul perdebatan publik yang beropini bahwa yang menyebabkan pelayanan kesehatan kurang adalah karena mereka hanyalah peserta BPJS.

Pelayanan aplikasi pemerintah. Kegagalan penerapan e-government karena infrastruktur TIK belum menjangkau seluruh instansi pemerintah serta kurangnya tahapan prosedur yang seharusnya dijadikan contoh untuk masyarakat dapat mengikuti, membuat banyak aplikasi pemerintah yang sangat bermanfaat tetapi jarang digunakan oleh masyarakat. Muncul berbagai opini akan kurangnya kegencaran pemerintah dalam menyebarluaskan informasi aplikasi pemerintahan tersebut.

Begitu juga dalam perusahaan, banyak terjadi opini public terkait etika bisnis. Sebagai contoh the Public Opinion of Business Ethics dalam perusahaan sebagai berikut :

Opini publik terhadap isu kesehatan minuman Coca-Cola. Perusahaan Coca-Cola pernah mengalami kebocoran akan resep asli yang digunakan. Timbul kritik mengenai apa saja yang terkandung di dalam Coca-Cola tersebut. Dalam catatan Departemen Pertanian AS, satu kaleng Coca-Cola standar mengandung 38 gram gula. Angka ini termasuk tinggi dan banyak pihak yang menilai perlu perhatian khusus sebab ada sebagian masyarakat dunia yang mengonsumsi Coca-Cola untuk minuman sehari-hari seperti halnya mengonsumsi air mineral. Karena isu tersebut apalagi diperparah dengan opini-opini publik terhadap kekhawatiran akan meningkatnya penyakit obesitas dan diabetes di Amerika Serikat, membuat 60% rakyat Amerika Serikat berupaya dalam mengurangi bahkan menghindari minum-minuman bersoda. Bercermin dari isu kesehatan tersebut, maka Coca-Cola pun mengakalinya dengan pemasaran yang intensif, membuat Coca-Cola rendah gula, serta mengadakan kampanye tandingan dengan modal yang tak sedikit. Isu ini saya kaitkan dengan etika bisnis perusahaan yang seharusnya bersikap ‘Jujur’ akan resep asli Coca-Cola.

Contoh lain seperti opini publik tentang Bukalapak. Pengalaman-pengalaman buruk yang sering dibagikan oleh pengguna Bukalapak melalui media sosial menggiring opini-opini publik untuk tidak menggunakan e-commerce Bukalapak untuk transaksi jual-beli. Berbagai kejadian buruk banyak terjadi seperti uang telah dikirim namun barang tak sampai, hingga penipuan melalui jalur komunikasi diluar aplikasi Bukalapak yang mana mengakibatkan beberapa orang kehilangan uang akibat mengeklik link serta mengisi data pribadi akun Bukalapak.

Contoh lain opini publik tentang perusahaan Aice. Seperti yang kita ketahui bahwa perusahaan es krim Aice terkena isu ketidaksejahteraan buruh. Dari jam kerja yang berlebihan,banyak buruh wanita yang mengalami keguguran, dan masih banyak isu lainnya, membuat publik beropini untuk tidak usah lagi membeli produk Aice. Rencana pemboikotan massal produk es krim ini pun ramai di Twitter hingga muncul tagar #BoikotAICE beserta potret aksi mogok buruh Aice. Isu ketidaksejahteraan buruh Aice hingga aksi mogok kerja yang menyebar di Twitter pun secara langsung berpengaruh pada sentimen brand Aice.

Referensi:

Archie B. Carroll, Jill Brown, Ann K. Buchholtz. (2018). Business & Society: Ethics, Sustainability & Stakeholder Management. 10. Cengage Learning. Boston. ISBN: 9781305959828.

Image Source: Google Images

Comments :