Account receivable adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan sebagai hasil dari penjualan produk atau layanan kepada pelanggan yang membayar dengan kredit. Ini mencerminkan kewajiban pelanggan untuk membayar dalam jangka waktu tertentu kepada perusahaan. Account receivable sering disebut sebagai aktiva lancar dalam laporan keuangan perusahaan dan termasuk dalam aset yang cair karena pelanggan memiliki kewajiban hukum untuk membayar dalam waktu kurang dari satu tahun. Jika pembayaran piutang memakan waktu lebih dari satu tahun, perusahaan harus mengeluarkan IOU atau bon utang. Jika piutang tidak terbayar dalam satu tahun, perusahaan perlu mencatatnya sebagai cadangan piutang tidak tertagih.

Account receivable dapat dibagi menjadi dua jenis:

  • Trade Receivables atau Piutang Usaha: Ini adalah piutang yang diperoleh perusahaan dari mitra bisnis seperti agen, distributor, atau pedagang besar. Jenis piutang ini dapat dijual sebagai jaminan pinjaman atau untuk mendapatkan uang tunai dengan cepat.
  • Non-Trade Receivables atau Piutang Non-Usaha: Ini adalah piutang lainnya yang tidak berasal dari mitra bisnis perusahaan, seperti piutang kepada karyawan. Jenis piutang ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman.

Proses terjadinya account receivable terutama terkait dengan transaksi piutang usaha, yang umumnya terjadi ketika barang atau layanan dijual dengan metode pembayaran kredit. Transaksi ini biasanya mencakup ketentuan jatuh tempo pembayaran, nilai piutang, dan mungkin juga diskon pembayaran.

Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan membeli barang dari pemasok dengan pembayaran kredit, mereka akan mencatatnya sebagai piutang usaha kepada pemasok. Sebaliknya, jika perusahaan memberikan pinjaman uang kepada karyawan dan mengharapkan pembayaran dalam jangka waktu tertentu, itu akan menjadi piutang non-usaha.

Ciri-ciri transaksi account receivable melibatkan nilai piutang, tanggal jatuh tempo pembayaran, dan potensi penerapan bunga atas penundaan pembayaran. Nilai piutang didasarkan pada harga penjualan dan jumlah barang atau layanan yang terjual. Tanggal jatuh tempo biasanya ditetapkan dalam format seperti n/30, n/60, atau n/90, yang mengartikan jumlah hari setelah pengiriman barang. Perusahaan juga dapat menerapkan bunga sebagai sanksi atas penundaan pembayaran, yang biasanya disepakati oleh kedua belah pihak untuk menghindari beban yang terlalu berat bagi pelanggan.

Referensi:

Image Source: Google Images