Greenwashing – Trends in Academics (1 dari 2)
Semakin banyak perhatian terhadap isu-isu lingkungan, semakin berat tekanan perusahaan untuk menunjukkan diri mereka sendiri sebagai perusahaan yang hijau dan peduli dengan lingkungan. Terkadang mungkin akan melihat sebuah iklan di mana perusahaan menunjukkan sehijau mungkin supaya menarik perhatian konsumen potensial. Tapi banyak yang terkadang memikir, apakah itu memang sebuah hal yang nyata atau hanya strategi marketing saja. Greenwashing ini memang sudah cukup lama terjadi karena menjadi salah satu faktor dalam menyaingi para kompetitor di pasar, sehingga memilih untuk melebih-lebihkan atau menarik perhatian konsumen ke topik lain dengan pencapaiannya yang hijau, meskipun memang sudah terbelakang (Kaplan, 2011).
Dari segi topik saja, keberlanjutan atau sustainability, topik yang paling sering dikaitkan atau paling relevan dengan penghijauan atau isu lingkungan, merupakan sebuah topik yang sedang panas-panasnya. Sumber-sumber menyampaikan bahwa Indonesia sangat tekun dalam menekan emisi karbon dan memiliki posisi yang sangat strategis dalam perihal ini (Balasubramanian & Tan, 2022). Meskipun begitu, dalam konteks akademis, tidak disebutkan Indonesia sebagai negara yang aktif dalam meneliti riset ini, baik jika dilihat per negara atau per universitas afiliasinya (Purnomo et al., 2022; Dogru et al., 2019). Dari konteks keberlanjutan saja, Indonesia masih memiliki potensi yang sangat besar untuk dilaksanakan penelitian, apalagi jika ingin diteliti greenwashing.
Purnomo et al. (2022) mengambil sebanyak 1,184 dokumen yang diterbitkan dalam jangka waktu sepanjang 32 tahun dari 1988 sampai 2020. Dilaksanakan analisis bibliometrik untuk menunjukkan tren yang terjadi dalam topik tersebut, yakni keberlanjutan. Diidentifikasikan AS, Jerman, Inggris, Australia, Italia, Kanada, Spanyol, Brazil, India dan Tiongkok. Dari daftar negara ini saja, baru terdapat 2 negara yang dari Asia, dan itu bahkan bukan di bagian Asia Tenggara. Selain itu terdapat 1 negara dari Oseania, 3 dari benua Amerika, dan 4 dari Eropa. Ini menunjukkan bahwa Asia Tenggara, terutama Indonesia, masih cukup tertinggal dalam penelitian terhadap topik-topik yang berhubungan dengan keberlanjutan.
Referensi:
- Balasubramanian, A., & Tan, K. T. (2022, December 19). Indonesia takes the lead in sustainable, inclusive growth. McKinsey & Company. Retrieved May 7, 2023, from https://www.mckinsey.com/id/our-insights/indonesia-takes-the-lead-in-sustainable-inclusive-growth
- Doğru, M., Güzeller, C. O., & Çelik, M. (2019). A Bibliometric analysis in the field of Sustainable Development and Education from Past to Present. Adıyaman Üniversitesi Eğitim Bilimleri Dergisi, 9(1), 42–68. https://doi.org/10.17984/adyuebd.515009
- Kaplan, J. (2011, August 12). The Red Flags of Greenwashing. Reuters. Retrieved May 7, 2023, from https://www.reuters.com/article/idUS12992556520110812
- Purnomo, A., Asitah, N., Fitri, R., Anisah, H. U., & Wiradimadja, R. D. D. (2022). Three decades of the sustainability strategy publication: A bibliometric perspective. IOP Conference Series, 1063(1), 012023. https://doi.org/10.1088/1755-1315/1063/1/012023
Image Sources: Google Images
Comments :