Greenwashing telah ada cukup lama, sudah terjadi beberapa kasus terkait tindakan tersebut. Kasus-kasus tersebut bisa dijadikan bahan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dari sebuah laporan keberlanjutan demi lingkungan yang lebih baik. Furlow (2010) menunjukkan beberapa kasus yang mungkin paling diketahui oleh orang-orang secara umumnya.

Sempat dijalankan sebuah kampanye ramah lingkungan oleh Ford dengan judul “It Isn’t Easy Being Green”. Kampanye itu secara tidak langsung menggambarkan Ford yang secara susah payah untuk mengembangkan produk mobil yang ramah lingkungan, ketika mobil Ford pada saat itu dianggap sebagai salah satu produk dengan jejak karbon yang tertinggi dan memiliki tren efisiensi bensin yang paling parah dibandingkan dengan merek-merek mobil besar lainnya (Friedman & MacKenzie, 2004). Mengakui akan menjual atau menghasilkan produk-produk yang lebih hijau, Ford masih banyak menjual mobil-mobil yang banyak menggunakan bensin, menjanjikan hal yang pada akhirnya tidak terlihat sama sekali wujudnya (Matthews, 2013).

Perusahaan sebesar General Electric juga pernah terkena kasus greenwashing dengan kampanye berjudul “EcoImagionation” yang menggarisbawahi tindakan perusahaan dalam aspek lingkungan, meskipun banyak yang dikritik. GE masih sedang dijatuhkan karena membuang PCB di Sungai Hudson sejak tanggal 1940 sampai 1977, ketika pada tahun 2000 GE masih sedang melawan regulasi baru terkait dengan polusi udara (Center for Media and Democracy, 2008). Belum lagi kasus-kasus lainnya yang berkaitan dengan GE yang diperlukan perhatian khusus sebelum melanjuti ke pengungkapan terkait informasi relevan dengan lingkungan.

Salah satunya yang terkena kasus juga ada BP, yang menjadi pemicu awalnya dirancangkan kerangka triple bottom line (Elkington, 1998). Dari industri di mana aspek ramah lingkungannya memang sangat signifikan, tidak aneh bahwa salah satu perusahaan terbesar dalam industri minyak dan bensin pada saat itu menerima skeptisisme yang sangat berat. Dibanding dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, mungkin memang sedikit lebih kecil dampak negatif terhadap lingkungan namun mengaku-ngakui sebagai perusahaan yang “memiliki kesadaran yang signifikan terhadap lingkungan”. BP melakukan branding ulang dengan menamakan diri mereka menjadi Beyond Petroleum, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak hanya beroperasi pada industri minyak dan bensin, namun memasuki juga ke bidang lainnya. Upaya ini terlihat sebagai strategi pemasaran yang sukses, namun ada juga yang melihat ini sebagai contoh dari greenwashing (Solomon, 2008). Meskipun upaya tersebut, BP terpaksa menutup cabang di Teluk Prudhoe dikarenakan pipa bocor, yang sebenarnya memiliki track record yang jelek berkaitan dengan upaya ramah lingkungan.

Referensi:

  • Center for Media and Democracy. (2008, April 16). General Electric’s Ecomagination Campaign. SourceWatch. Retrieved April 28, 2023, from https://www.sourcewatch.org/index.php?title=General_Electric%27s_Ecomagination_Campaign
  • Elkington, J. (1998). ACCOUNTING FOR THE TRIPLE BOTTOM LINE. Measuring Business Excellence, 2(3), 18–22. https://doi.org/10.1108/eb025539
  • Friedman, D., & MacKenzie, D. (2004). Automaker Rankings 2004: The Environmental Performance of Car Companies. In Union of Concerned Scientists. Union of Concerned Scientists. Retrieved April 28, 2023, from https://www.ucsusa.org/sites/default/files/2019-09/autorankings2004.pdf
  • Furlow, N. E. (2010). Greenwashing in the new millennium. Journal of Applied Business and Economics, 10(6). http://www.m.www.na-businesspress.com/JABE/jabe106/FurlowWeb.pdf
  • Matthews, R. (2013, April 3). Ford Motor Co.: Green or Greenwashing? ChangeOracle. Retrieved April 28, 2023, from https://changeoracle.com/2013/04/03/ford-motor-co-green-or-greenwashing/
  • Solman, G. (2008, January 14). BP: Coloring Public Opinion? AdWeek. Retrieved April 28, 2023, from https://www.adweek.com/brand-marketing/bp-coloring-public-opinion-91662/

Image Sources: Google Images