Untuk klasifikasi terakhir terdapat faktor psikologis individu, yang terdiri dari bias optimistik, narrow decision framing dan hyperbolic intertemporal discounting. Tidak lupa bahwa sebuah perusahaan atau organisasi terdiri dari banyaknya individu, baik itu dalam peran sebagai pemimpin atau yang dipimpin. Dikarenakan untuk faktor ini berkaitan dengan individu, maka akan lebih mendekati ke psikologis secara konteks ilmunya. Secara individu, baik di tingkat karyawan, manajer, dan pemimpin mungkin memang tidak memiliki informasi atau alat yang memadai untuk menilai greenwashing atau bahkan paham dengan pengertiannya, namun dalam menyampaikan informasi terkait performa secara lingkungan, terdapat kemungkinan di mana masing-masing individu tersebut akan menunjukkan kecenderungan psikologis.

Narrow decision framing, atau narrowing bracketing merupakan kecenderungan untuk menentukan keputusan dalam isolasi. Secara mudahnya, narrow decision framing adalah fenomena di mana sebuah keputusan akan dipertimbangkan, namun tidak dipertimbangkan secara ekstensif sehingga hanya dilihat pengaruh yang jelas saja. Sebagai contoh perusahaan mengungkapkan bahwa mereka berencana untuk membuat produk perusahaan tersebut menjadi lebih hijau, namun tidak ada pertimbangan sama sekali terkait implementasi pada SOP secara langsung, strategi yang mungkin relevan, akuisisi bahan yang diperlukan, peralatan yang diperlukan, atau lain-lainnya. Maka dari itu ada kata narrow. Hal tersebut bisa dihindari dengan menggunakan struktur insentif yang diukur atau diapropriasikan dengan baik

Untuk hyperbolic intertemporal discounting, terjadi ketika seseorang akan lebih memilih untuk mengutamakan hadiah yang lebih dekat, sehingga lebih cenderung jangka pendek daripada memilih jalan yang berjangka panjang. Fenomena tersebut cukup lazim di dunia korporat di mana perusahaan akan lebih memilih untuk menggunakan strategi yang menghasil dalam jangka waktu yang pendek daripada jangka waktu yang panjang, sehingga daripada menunggu implementasi penghijauan yang lama, lebih memilih untuk melakukan greenwashing supaya langsung mendapatkan insentif yang relevan.

Bias optimistik menggambarkan kecenderungan individu untuk menyepelekan kemungkinan terjadinya peristiwa negatif dan melebih-lebihi kemungkinan terjadinya peristiwa positif. Ini berasal dari forecasting yang menunjukkan hasil yang diinginkan daripada hasil yang mungkin akan terjadi. Ini bisa menyebabkan juga greenwashing dengan melebih-lebihkan sebuah evaluasi terhadap diri sendiri, optimisme yang tidak realistis terhadap rencana ke depannya, dan halusinasi atas pengendalian.

Referensi:

  • Delmas, M. A., & Burbano, V. C. (2011). The Drivers of Greenwashing. California Management Review, 54(1), 64–87. https://doi.org/10.1525/cmr.2011.54.1.64

Image Source: Google Images