Untuk klasifikasi ketiga terdapat faktor tingkat organisasi atau perusahaan, di mana isinya terdiri dari sifat dari perusahaan, struktur insentif & budaya etika, efektivitas komunikasi intra-perusahaan, dan inersia organisasi.

Sifat-sifat dari sebuah perusahaan akan mempengaruhi terhadap strategi dari perusahaan tersebut, seperti ukuran, industri, keuntungan, kebutuhan, tren, kondisi pasar, dan lain-lainnya. Keputusan untuk menjadi lebih hijau, baik itu dalam proses pengolahan produk, menyediakan jasa, atau cara lainnya termasuk juga strategi dari sebuah perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan yang menyediakan produk konsumen seperti FMCG lebih memiliki kewajiban atau keperluan untuk menjadi lebih hijau (seperti bungkusan yang lebih ramah lingkungan atau pengolahan dengan limbah yang minimal) daripada perusahaan jasa karena secara efek yang disebabkan terhadap lingkungan kurang terlihat, meskipun mungkin bisa saja lebih berdampak dibanding dengan perusahaan penyedia produk. Jika dilihat dari sudut ukuran perusahaan, perusahaan yang skalanya masif dibandingkan dengan perusahaan yang masih kecil dalam konteks aset akan lebih diperhatikan dalam kebijakannya terhadap lingkungan. Oleh karena itu, sifat dari perusahaan memiliki pengaruh atau merupakan faktor terhadap motivasi greenwashing.

Jika dilihat secara definisi, greenwashing sendiri merupakan tindakan yang tidak etis yang akan membawa dampak yang merugikan. Budaya etika yang dimiliki sebuah perusahaan akan mempengaruhi apabila perusahaan tersebut akan melakukan greenwashing atau tidak, dikarenakan sebagai kewajiban memang harus diterbitkan laporan keberlanjutan, namun apabila informasi yang disampaikan nyata atau tidak, jelas atau ambigu akan berdasarkan pendirian etika dari perusahaan. Struktur insentif juga dapat mendorong pengungkapan yang akan dipersiapkan. Disampaikan insentif ketika cepat selesai atau hukuman ketika terlambat, itu juga akan mendorong pengungkapan yang kurang baik dalam segi kualitas.

Efektivitas komunikasi intra-perusahaan atau internal merupakan faktor yang cukup penting juga karena terdapat kemungkinan akan terjadi miskomunikasi sehingga disampaikan informasi yang kurang tepat. Bisa dianggap contoh ketika divisi R&D menyampaikan detail dari sebuah produk terhadap divisi humas, kemudian dalam memasarkan produk tersebut karena komunikasi yang kurang efektif, dampak lingkungan dari produk dilebih-lebihi, sehingga terjadilah greenwashing.

Terakhir pada klasifikasi ini terdapat inersia organisasi. Meskipun dunia korporat yang dinamis, terdapat perusahaan yang sedikit lambat atau bahkan sama sekali menolak perubahan yang dianggap perlu supaya bisa tetap berjalan dengan lancar, kondisi tersebut yang disebut sebagai inersia organisasi. Disebut bahwa umumnya memang akan terjadi ketika terdapat pengalihan kekuasaan atau pada saat akuisisi/merger. Inersia organisasi ini juga akan lebih rentan terjadi pada perusahaan yang sudah berumur dan skala besar, dibanding perusahaan yang masih kecil dan muda karena jika diperlukan perubahan tidak akan serumit perusahaan yang sudah masif.

Referensi:

  • Delmas, M. A., & Burbano, V. C. (2011). The Drivers of Greenwashing. California Management Review, 54(1), 64–87. https://doi.org/10.1525/cmr.2011.54.1.64

Image Source: Google Images