Stroebel & Wurgler (2021) menemukan bahwa risiko iklim yang paling penting terdapat risiko regulasi dan risiko kepentingan. Terdapat sebuah adaptasi dalam regulasi pada pasar untuk mendukung climate finance apabila ingin dilaksanakan secara berkelanjutan. Diperlukan sebuah tata kelola yang baik supaya bisa menopang dan semakin mendorong pihak-pihak untuk berkontribusi (Schroeder et al., 2021). Ditentukan sasaran untuk dapat mengumpulkan 100 miliar USD per tahun dari tahun 2020, yang sebenarnya relatif ambisius. Dikarenakan merupakan sebuah konsep yang relatif baru, belum ada definisi yang absolut mengenai aktivitas-aktivitas iklim, arus kas yang dapat diakui, sumber pendanaan yang valid, atau bahkan negara mana saja yang telah berkontribusi (Caruso & Ellis, 2013).

Singh & Jayaram (2021) mengeksplorasi keuangan iklim dan menemukan bahwa masih jauh kurang dalam perihal akuntansi, pendanaan, isu jenis kelamin, hak asasi manusia dan kondisi institusi lokal yang masih sangat lemah, sehingga belum mampu meneruskan program tersebut dengan lancar. Namun mempertimbangkan topik dari keberlanjutan itu sendiri sudah mulai ramai dalam konteks penelitian, sehingga keuangan iklim ini (Naeem et al., 2022) juga semakin diteliti oleh berbagai pihak di belahan dunia, baik itu dengan mengukur jumlah yang dikontribusi tiap pihak, menyusun kerangka yang baru untuk keuangan iklim, atau mencari tren yang akan menghasilkan penemuan lebih lanjut untuk para pemangku kepentingan.

Dari sisi akademis, masih banyak (Kouwenberg & Zhang, 2023) yang dapat dikembangkan dari tema keuangan iklim ini. Riset ke depannya dapat menyediakan rekomendasi yang mungkin lebih praktis sehingga dapat semakin membantu arus dari pendanaan yang ada. Terdapat juga ditelitikan perspektif dari perusahaan itu sendiri, seperti behavioural bias dari manajer yang mungkin akan menyebabkan pendanaan terhadap keuangan iklim dihindari yang di kemudian hari dapat digunakan untuk memitigasi efek dari perubahan iklim yang sedang terjadi. Bisa juga ditelitikan solusi yang bisa membantu memperbanyak atau memperkuat pendanaan dari korporasi swasta di negara-negara berkembang yang mungkin investor institusi domestik sangat kurang, sehingga pasar untuk keuangan iklim pun tidak dapat terbentuk.

Referensi:

  • Bracking, S., & Leffel, B. (2021). Climate finance governance: Fit for purpose? Wiley Interdisciplinary Reviews: Climate Change, 12(4). https://doi.org/10.1002/wcc.709
  • Caruso, R., & Ellis, J. (2013). Comparing Definitions and Methods to Estimate Mobilised Climate Finance. OECD/IEA Climate Change Expert Group Papers. https://doi.org/10.1787/5k44wj0s6fq2-en
  • Kouwenberg, R., & Zheng, C. (2023). A Review of the Global Climate Finance Literature. Sustainability, 15(2), 1255. https://doi.org/10.3390/su15021255
  • Naeem, M. A., Karim, S., Rabbani, M. R., Bashar, A., & Kumar, S. (2022). Current state and future directions of green and sustainable finance: a bibliometric analysis. Qualitative Research in Financial Markets. https://doi.org/10.1108/QRFM-10-2021-0174
  • Singh, S., & Jayaram, R. (2021). Climate finance: a systematic literature review. International Journal of Economic Policy in Emerging Economies, 14(5–6), 566–580. https://doi.org/10.1504/ijepee.2021.118977
  • Stroebel, J., & Wurgler, J. (2021). What do you think about climate finance? Journal of Financial Economics, 142(2), 487–498. https://doi.org/10.1016/j.jfineco.2021.08.004

Image Source: Google Images