Games sekarang ini bukanlah menjadi sebuah hal yang tabu. Kalau dulu, semua yang bermain games dianggap anak nakal karena tidak mau belajar. Namun saat ini, games menjadi mata pencaharian dan bahkan banyak generasi muda yang mau meniti karir baik sebagai gamer professional atau sebagai game developer. Bekerja di perusahaan game pun juga menjadi pilihan beberapa generasi muda.

Karena pandangan masyarakat mengenai game sudah mulai terbuka, animo masyarakat yang juga selalu ada dalam setiap kesempatan acara turnamen, pameran, atau conference lainnya, membuat game developer juga melihat kesempatan tersebut.

COVID 19 bukan menjadi halangan bagi para game developer dalam mempublikasikan game mereka. Karena semua orang hanya melakukan aktivitas di rumah, justru jadi banyak yang bisa bermain game. Peluang tersebut diambil dan dimanfaatkan oleh para game developer yang menjadikan banyak game yang bermunculan pada masa pandemic COVID 19. Walaupun tidak bisa bertemu secara tatap muka, mereka beradaptasi dengan memberikan banyak event dan gathering secara online dan malah banyak mendapatkan antusiasme dari para pemainnya.

Dengan semakin banyaknya games, berarti semakin banyak perusahaan game yang menggunakan server dalam pemakaiannya. Semakin banyak juga listrik yang dikonsumsi agar game tersebut bisa beroperasi. Listrik yang dikonsumsi bukan hanya membuat beban listrik semakin naik, namun juga membuat emisi karbon karena penggunana listrik yang berlebihan dalam operasional game tersebut. Selain itu, dengan adanya pertemuan online yang juga memakan biaya listrik yang cukup banyak dan kedepannya pasti akan ada pertemuan offline dengan berbagai event, menjadi sebuah kekhawatiran akan meningkatnya emisi karbon.

Berdasarkan fenomena di atas Kak Shania dan Kak Putri melakukan penelitian mengenai emisi karbon dan hubungannya dengan generasi muda, serta financial behavior dari mereka yang akan dibahas pada artikel-artikel berikutnya, jadi stay tune!

Reference:

  • Esport Ecosystem, Financial Behavior, and Carbon Emissions in Indonesian Urban Area https://dl.acm.org/doi/fullHtml/10.1145/3512353.3512371