Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas mengenai evolusi dan perkembangan FinTech sampai era 3.0. Sekarang, kita akan membahas mengenai evolusi dan perkembangan FinTech di era 3.5 dan 4.0.

  1. Fintech 3.5 (2014 – 2017) – Globalisasi

Fintech 3.5 menandakan perpindahan dari dunia keuangan yang didominasi oleh dunia barat dan merenungkan ekspansi perbankan digital ke seluruh dunia dengan pengembangan teknologi fintech. Fintech 3.5 menempatkan fokus pada perilaku konsumen dan bagaimana mereka mengakses internet di negara berkembang. Misalnya, di Cina dan India, pasar yang tidak pernah memiliki waktu untuk mengembangkan infrastruktur fisik perbankan setingkat Barat dan terbuka untuk solusi baru dengan lebih cepat.

  1. Fintech 4.0 (2018-hari ini) – Teknologi Disruptive

Teknologi Blockchain dan perbankan terbuka terus mendorong inovasi masa depan layanan keuangan. Pengubah permainan di sini adalah neobank yang menantang penetapan harga dan kompleksitas bank tradisional, sambil mendapatkan kepercayaan pelanggan melalui pengalaman digital yang disederhanakan dengan biaya rendah hingga tanpa biaya. Neobanks atau yang terkadang disebut sebagai “challenger banks“, adalah perusahaan fintech yang menawarkan aplikasi, software, dan teknologi lain untuk mempersingkat perbankan mobile dan online. Fintech ini umumnya berspesialisasi dalam produk keuangan tertentu, seperti rekening giro dan tabungan. Mereka juga cenderung lebih gesit dan transparan daripada rekan megabank mereka, meskipun banyak dari mereka bermitra dengan lembaga semacam itu untuk mengasuransikan produk keuangan mereka.

Selain Blockchain dan neobank, terdapat pula teknologi Machine Learning yang mengubah cara masyarakat berinteraksi dengan bank dan perusahaan asuransi, menerima penawaran dan dukungan yang dipesan lebih dahulu. N26 Jerman, misalnya, meluncurkan kembali akun premiumnya pada tahun 2019 untuk memenuhi kebutuhan khusus pelanggannya, seperti diskon di co-working space dan di situs pemesanan perjalanan online. Machine Learning juga memiliki aplikasi keamanan seperti British Revolut, misalnya, yang meluncurkan solusi AI baru pada tahun 2018 untuk memerangi penipuan kartu dan pencucian uang, mengembangkan wawasan mendalam dan prediksi seputar perilaku pelanggan untuk secara dinamis mengidentifikasi pola penipuan kartu baru tanpa campur tangan manusia.

Peristiwa besar lainnya dalam periode ini adalah gelombang baru penyedia pembayaran terintegrasi. Penyedia pembayaran terintegrasi ini memiliki platform yang dapat menawarkan pembayaran sebagai rangkaian tambahan untuk sistem manajemen bisnis yang sudah komprehensif.

Akhir-akhir ini, kasus penggunaan umum untuk NFT, seperti creator yang memperkuat penghasilan mereka dengan representasi digital dari konten mereka, atau artis yang memastikan distribusi royalti, atau NFT sebagai tiket atau kartu anggota. NFT sendiri merupakan aset crypto pada blockchain yang memiliki kode identifikasi unik dan metadata yang membedakannya satu sama lain.

Karena teknologi menjadi semakin sentral dalam industri keuangan, masyarakat cenderung menganggap bank dan perusahaan rintisan fintech sebagai dua pihak berlawanan yang memperebutkan pangsa pasar. Kenyataannya adalah bahwa kedua belah pihak saling membutuhkan satu sama lain.

Referensi:

  • Sharma, R. (2022, June 22). Non-Fungible Token (NFT): What It Means and How It Works. Retrieved from Investopedia Web site: https://www.investopedia.com/non-fungible-tokens-nft-5115211
  • Stephanie Walden, M. S. (2021, June 24). What Is A Neobank? Retrieved from Forbes Web site: https://www.forbes.com/advisor/banking/what-is-a-neobank/
  • Zigurat. (n.d.). Evolution of Fintech: The 5 Key Eras. Retrieved from Zigurat Web site: https://www.e-zigurat.com/innovation-school/blog/evolution-of-fintech/

Image Sources: Google Images