Secara umum, terdapat 6 tujuan dari pengendalian internal. Tujuan pertama adalah untuk otorisasi transaksi. Secara singkat, masing-masing transaksi yang dilaksanakan harus dilindungi dengan otorisasi dari pihak yang relevan dan memang berwewenang & berkewajiban untuk menjalankan transaksi tersebut. Biasanya perkantoran perusahaan akan memiliki divisi perolehan atau procurement. Apabila sebuah tim atau divisi ingin membeli barang menggunakan dana dari perusahaan, maka harus diajukan terlebih dahulu ke divisi perolehan supaya dapat ditinjau apabila barang tersebut memang relevan, berguna untuk divisi, dan bukan merupakan pemborosan. Apabila sudah sesuai maka akan diterima, namun apabila tidak diterima maka akan ditolak dengan alasan untuk menjelaskan mengapa.

Tujuan kedua adalah agar terdapat pemisahan tugas atau segregation of duties. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perusahaan biasanya akan menghindari di mana sebuah pihak memiliki wewenang dan hak yang terlalu banyak sehingga akan ada kemungkinan yang sangat besar bahwa pihak tersebut akan menyalahgunakan hak tersebut untuk diri sendirinya. Untuk menghadapi hal tersebut, dapat diterapkan adanya pemisahan tugas. Sebagai contoh bisa diambil lagi transaksi atau pengajuan pembelian barang sebelumnya. Dalam melaksanakan sebuah transaksi, pihak yang mengajukan, menyetujui dan melaksanakannya tidak boleh orang yang sama. Jadi dalam implementasi pemisahan tugas, yang mengajukan merupakan sebuah tim atau divisi perusahaan, yang menyetujui merupakan manajer dari divisi perolehan atau akan ada sistem terkait proses tersebut, dan kemudian yang melaksanakan transaksi merupakan pihak perolehan dengan dana yang terkait diproseskan oleh pihak keuangan.

Yang ketiga merupakan pengawasan. Dalam melaksanakan sebuah prosedur atau aktivitas bisnis, diperlukan pengetahuan bahwa prosedur tersebut dijalankan dengan baik dan tanpa kesalahan. Dengan pengendalian internal, hal tersebut dapat dilaksanakan, mungkin dapat berupa laporan yang dilapor secara periodik kepada pihak yang relevan untuk memberitahu progress aktivitas tersebut. Terkadang dalam sebuah perusahaan kecil di mana jumlah karyawan lebih sedikit dan pemisahan tugas susah diimplementasikan, maka pengawasan akan digunakan untuk kompensasi terhadap tujuan tersebut.

Yang keempat merupakan catatan akuntansi. Dalam sebuah audit, biasanya akan diambil sebuah transaksi dan kemudian diambil semua dokumen pendukung untuk mencari alur dilaksanakan transaksi tersebut dan sebagai salah satu metode verifikasi bahwa transaksi tersebut memang pernah terjadi. Catatan akuntansi yang disebut bertujuan supaya dapat diketahui jalannya transaksi. Dalam hal ini, dapat dipahami secara lebih mendalami dan dapat dideteksi apabila terjadi data atau informasi yang kurang.

Referensi:

  • Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission [COSO]. (2019). COSO Internal Control – Integrated Framework: An Implementation Guide for the Healthcare Provider Industry. COSO. https://www.coso.org/Shared%20Documents/CROWE-COSO-Internal-Control-Integrated-Framework.pdf
  • Hall, J. A. (2015). Information Technology Auditing (4th ed.) [VitalSource]. Cengage Learning.
  • Pickett, K. H. S. (2011). The Essential Guide to Internal Auditing (2nd ed.). Wiley.

Image Sources: Google Images