Pengaruh Narsisisme CEO Terhadap Kemungkinan Terjadinya Penipuan (1 dari 3)
Biasanya, penipuan atau fraud akan ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya. Untuk setiap kasus tidak selalu sama, bisa saja ada yang tertekan untuk melakukan penipuan, ada saja yang melihat kesempatan untuk menguntungkan diri sendirinya, dan ada juga yang menganggap bahwa melakukan aksi tersebut adalah hal yang wajar baginya. Dalam merangkum ketiga faktor tersebut dirancangkanlah yang namanya fraud triangle, yang sampai sekarang sangat umum digunakan sebagai sebuah pendekatan untuk mengerti dan memahami secara lebih mendalami mengapa terjadi sebuah penipuan.
Berdasarkan ACFE, terdapat banyak jenisnya penipuan tersebut, apalagi dalam konteks perusahaan. Penipuan-penipuan dapat bervariasi dari korupsi sampai penipuan laporan keuangan, penyalahgunaan aset yang bervariasi dari kas sampai aset lain-lainnya. Masing-masing penipuan secara tipikal akan ada juga pelaku yang sejenis. Menjelaskan pernyataan tersebut, pencurian kas yang dianggap sebagai salah satu penyalahgunaan aset biasanya akan dilakukan oleh karyawan, penyalahgunaan persediaan biasanya akan dilakukan oleh mereka yang berwewenang mengurus persediaan, mungkin seperti manajer, dan penipuan laporan keuangan biasanya akan dilakukan oleh manajemen atas, seperti CEO, CFO, dan sejenisnya.
Artikel ini akan menggunakan sebuah jurnal yang meneliti hubungan antara kemungkinan terjadinya penipuan dengan narsisisme seorang CEO. Secara sederhana, narsisisme adalah tindakan seseorang dalam mencintai diri sendirinya yang memiliki asal-usul dari kisah Narcissus dari Yunani Kuno. Dari sanalah, istilah narsis digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menghargai diri sendirinya, dan juga menganggap orang lain sebagai perluasan dari diri sendiri.
Dari jurnal yang digunakan, disampaikan bahwa diambil sampel CEO dari perusahaan S&P 500 dari tahun 1992 sampai 2008. Terhadap sampel tersebut terdapat 2 kriteria dalam mengambil CEO yang akan digunakan dalam sampel. Kriteria pertama adalah CEO yang bersangkutan memulai jabatannya pada tahun 1992, karena mayoritas dari data memang tersedia dari periode waktu tersebut, dan kemudian kriteria kedua merupakan masa jabatan CEO lebih dari 3 tahun, atas justifikasi bahwa setelah 3 tahun, CEO akan memiliki pendirian yang padat di dalam perusahaan, sehingga memang menjadi pihak yang menentukan keputusan. Terdapat sampel sebanyak 953 CEO dengan rata-rata usia menjabat sebagai CEO pada umur 50.7, rata-rata masa jabatan selama 7.1 tahun dan jangkauan masa jabatan dari 3 sampai 17 tahun untuk masing-masing CEO.
Referensi:
- Association of Certified Fraud Examiners. (n.d.). The Fraud Tree: Occupational Fraud and Abuse Classification System. ACFE. Retrieved November 21, 2022, from https://www.acfe.com/fraud-resources/fraud-risk-tools—coso/-/media/51FB0E7892E24FC392ED325FE0A42C2A.ashx
- Corporate Finance Institute. (2022, January 30). Fraud Triangle. https://corporatefinanceinstitute.com/resources/accounting/fraud-triangle/
- Rijsenbilt, A., & Commandeur, H. (2012). Narcissus Enters the Courtroom: CEO Narcissism and Fraud. Journal of Business Ethics, 117(2), 413–429. https://doi.org/10.1007/s10551-012-1528-7
Image Sources: Google Images