Berdasarkan data statistik Bank Indonesia pada Mei 2022, level inflasi Indonesia sudah mencapai 3.53% (yoy). Persentase ini lebih tinggi 0.06% jika dibandingkan dengan level pada bulan April 2022 yang hanya 3.47%. Lalu apa itu inflasi dan apa saja penyebab Inflasi di Indonesia?

Menurut Bank Indonesia, inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang atau jasa secara umum yang terjadi terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Dalam artian, apabila kenaikan harga hanya terjadi pada satu atau dua barang saja maka hal itu tidak dapat dikatakan inflasi. Jadi baru dapat dikatakan inflasi apabila kenaikan harga tersebut mempengaruhi harga barang lainnya.  Jika harga barang atau jasa mengalami peningkatan secara menyeluruh, maka inflasi akan mengalami kenaikan yang menyebabkan turunnya nilai mata uang. Hal ini dapat dilihat dari laporan Bank Indonesia, dimana per 19 Mei 2022, rupiah ditutup melemah di level Rp. 14.730 per dolar AS.

Berdasarkan perhitungan indeks harga atau yang biasa dikenal sebagai IHK (Indeks Harga Konsumen), Indonesia masuk kedalam kategori inflasi ringan karna levelnya berada di 3.53% atau kurang dari 10%. Kategori ringan ini berarti inflasi sangat mudah untuk dikendalikan karena belum mengganggu perekonomian di Indonesia.

Sementara penyebab kenaikan inflasi ini sendiri dibagi menjadi 2 yaitu, demand pull inflation dan Cost push inflation. Menurut Jain, et al., (2022) demand pull inflation adalah situasi yang terjadi ketika permintaan akan suatu barang atau jasa tinggi sementara pasokan dari barang atau jasa itu terbatas. Berbeda dengan demand pull inflation¸pada cost push inflation penawaran akan suatu barang mengalami penurunan sebagai akibat dari kenaikan biaya produksi barang tersebut.

Selain itu sumber kenaikan inflasi dapat berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Sumber inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul akibat adanya defisit dalam pendapatan dan belanja negara. Sementara sumber kenaikan inflasi yang berasal dari luar negeri timbul karena negara yang menjadi mitra dagang mengalami inflasi yang tinggi.

Seperti diketahui, situasi perang antara Rusia dan Ukraina memperparah kelangkaan pangan dan energi di tengah pandemi Covid-19. Situasi ini telah menyebabkan harga bahan pangan seperti produk makanan seperti gandum, kedelai dan daging sapi menjadi lebih tinggi. Tidak hanya bahan pangan saja, harga minyak mentah dan gas alam juga mengalami peningkatan yang sama. Kenaikan harga ini sangat mengkhawatirkan karena telah meningkatkan inflasi di banyak negara, termasuk mitra dagang utama Indonesia. Beberapa negara tersebut mencatat inflasi sebesar 0,9% pada Maret 2022 di China, Jepang 0,9%, Amerika Serikat 7,9%, Uni Eropa 7,5%, Singapura 4,3%, dan Thailand 5,7%.

References:

Image Sources: Google Images