Uang kripto atau cryptocurrency dipercayai sebagian orang sebagai bagian dari masa depan. Menurut Rutskiy et al., (2021) koin kripto yang paling berharga kedua dengan kapitalisasi pasar terbanyak dalam industri cryptocurrency saat ini adalah Ethereum. Ethereum merupakan salah satu koin kripto berbasis Blockchain yang berfokus pada teknologi smart contract dan bahasa pemrograman untuk aplikasi terdesentralisasi (D’Apps).

Smart contract sendiri merupakan sebutan untuk kontrak yang terprogram dimana setiap perjanjian dicatat dalam kode komputer di Blockchain. Jadi ketika suatu kondisi yang tertera pada kontrak tersebut terpenuhi, maka smart contract akan secara otomatis menjalankan perintah baik itu untuk transfer token Ethereum atau melakukan transaksi lainnya.  Smart Contract pada Ethereum memungkinkan tingkat pemrograman yang lebih kompleks, sehingga developer dapat membuat berbagai macam aplikasi, termasuk aplikasi pertukaran aset kripto hingga pinjam meminjam aset kripto. Sama seperti Bitcoin, Ethereum juga tidak memerlukan perantara (bank atau lembaga keuangan lainnya), yang artinya semua transaksi pertukaran asset hingga pinjam meminjam itu tidak dikenakan biaya tambahan.

Kondo et al., (2020) menjelaskan bahwa pada smart contract terdapat kode sumber yang biasanya ditulis dalam Solidity, yang sintaksnya mirip dengan Java. Kode sumber diatur dalam hal subkontrak (mirip dengan kelas), perpustakaan (mirip dengan kelas utilitas), dan antarmuka sebagai code block (identik dengan antarmuka Java). Ketika developer sudah membuat smart contract, maka smart contract akan secara permanen ada di dalam jaringan Blockchain.

Contoh dari penggunaan smart contract adalah sebagai berikut: Bella adalah penggemar berat Liverpool, sedangkan Edward adalah penggemar berat Manchester United. Pertandingan antara dua kandidat gelar semakin dekat dan berpikir Liverpool akan menang, tetapi Edward yakin bahwa Manchester United akan menang. Edward ingin bertaruh 10 euro. Jika Liverpool menang, Edward membayar 20 euro kepada Bella dan jika Manchester United menang, Bella membayar 10 euro kepada Edward.

Apabila perjanjian ini hanya dijalankan dengan asas itikad baik dan berasumsi bahwa orang lain akan membayar dengan baik jika dia kalah. Maka akan ada kemungkinan kecurangan atau penipuan kontrak. Namun apabila perjanjian tersebut dijalankan dengan bantuan pihak perantara seperti lawyer maka Bella dan Edward harus mengeluarkan uang untuk membayar jasa mereka.

Namun jika perjanjian atau kontrak ini diletakan di Blockchain, maka penipuan kontrak dapat diminimalisir dan tidak ada biaya perantara yang dikeluarkan. Hal ini karena pada smart contract, pengguna dapat memeriksanya secara langsung dan kontrak tidak dapat dengan mudah dirubah tanpa persetujuan semua pihak yang terlibat. Jadi apabila hasil pertandingan sudah keluar dan diumumkan Liverpool menang, maka kontrak akan berlaku secara otomatis dan Bella akan menerima uangnya.

Dari contoh tersebut, dapat kita menemukan ciri-ciri dari smart contract yaitu:

  1. Smart Contract sepenuhnya berbentuk digital.
  2. Terdiri dari kode komputer yang kompleks.
  3. Diprogram di Blockchain.
  4. Dilakukan secara otomatis tanpa perantara.
  5. Tidak mungkin untuk berubah.
  6. Transparan karna semua pihak yang terlibat dapat memeriksa isi dari kontrak.
  7. Fleksibel karna dapat disesuaikan dengan persyaratan yang berbeda.

Resource:

  • Kondo, M., Oliva, G. A., Jiang, Z. M., Hassan, A. E., & Mizuno, O. (2020). Code cloning in smart contracts: a case study on verified contracts from the Ethereum blockchain platform. Empirical Software Engineering, 25(6), 4617–4675. https://doi.org/10.1007/s10664-020-09852-5
  • Rutskiy, V., Javed, S., Rayk, V., Kulakova, N., Derindag, O. F., Chikizov, A., Kukhar, I., Knyazkov, A., & Tsarev, R. (2021). Market Acceptance of the Blockchain Technology on the Example of Bitcoin. CSOC 2021, 229. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/978-3-030-77445-5_28

Image Sources: Google Images