Di era industry 4.0 seperti saat ini, tindak kejahatan dan kecurangan juga mengalami evolusi. Bila sebelumnya kejahatan berbentuk pencurian fisik asset, seperti pencurian uang kas, pencopetan, penjambretan, dan kejahatan lain yang sifatnya kasat mata. Maka saat ini kejahatan dan kecurangan telah berevolusi menjadi yang tidak kasat mata atau lebih bersifat elektronik. Kasus kecurangan dengan media elektronik ini bisa jauh lebih berbahaya daripada kasus Bila dalam kasus pencopetan dan penjambretan dimana dompet seseorang diambil kemudian dikuras isi uangnya, maka dalam kasus kecurangan cyber bisa lebih parah, yang dikuras bukan hanya uang didalam dompet tetapi bahkan bisa rekening keartu kredit dari orang tersebut. Maka dari itu perlunya waspada terhadap tipe kecurangan yang satu ini, yaitu yang sering disebut sebagai identity theft.

Identity theft atau pencurian identitas adalah kejahatan untuk mendapatkan informasi pribadi atau keuangan orang lain untuk menggunakan identitas mereka untuk melakukan penipuan, seperti melakukan transaksi atau pembelian yang tidak sah. Pencurian identitas dilakukan dengan berbagai cara dan korbannya biasanya mengalami kerusakan pada kredit, keuangan, dan reputasi mereka (Wyre, Lacey and Allan, 2020). Pencurian identitas terjadi ketika seseorang mencuri informasi pribadi seseorang, seperti nomor jaminan sosial, nomor rekening bank, dan informasi kartu kredit.

Modus Operandi Identity Theft Fraud

Pencurian identitas dapat dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa pencuri identitas memungut di tempat sampah untuk mencari laporan rekening bank dan kartu kredit. Metode yang lebih canggih melibatkan pengaksesan database perusahaan untuk mencuri daftar informasi pelanggan. Setelah pencuri identitas mendapatkan informasi yang mereka cari, mereka dapat merusak peringkat kredit seseorang dan reputasi informasi pribadi lainnya (Burnes, DeLiema and Langton, 2020). Pencuri identitas semakin banyak menggunakan teknologi komputer untuk mendapatkan informasi pribadi orang lain untuk penipuan identitas. Untuk menemukan informasi tersebut, mereka mungkin mencari hard drive komputer yang dicuri atau dibuang; meretas komputer atau jaringan komputer; mengakses catatan publik berbasis komputer; menggunakan malware pengumpul informasi untuk menginfeksi komputer; menelusuri situs jejaring sosial; atau gunakan email atau pesan teks yang menipu.

Bagaimana Pencegahannya?

Banyak jenis pencurian identitas dapat dicegah. Salah satu caranya adalah dengan terus menerus memeriksa keakuratan dokumen pribadi dan segera menangani ketidaksesuaian. Ada beberapa layanan perlindungan pencurian identitas yang membantu orang menghindari dan mengurangi biaya pencurian identitas. Biasanya, layanan tersebut memberikan informasi yang membantu orang untuk melindungi informasi pribadi mereka; memantau catatan publik dan catatan pribadi, seperti laporan kredit, untuk mengingatkan klien mereka tentang transaksi tertentu dan perubahan status; dan memberikan bantuan kepada korban untuk membantu mereka menyelesaikan masalah yang terkait dengan pencurian identitas.

Reference:

  • Burnes, D., DeLiema, M. and Langton, L. (2020) ‘Risk and protective factors of identity theft victimization in the United States’, Preventive Medicine Reports, 17, p. 101058. doi: https://doi.org/10.1016/j.pmedr.2020.101058.
  • Wyre, M., Lacey, D. and Allan, K. (2020) ‘The identity theft response system’, Trends and Issues in Crime and Criminal Justice [electronic resource], (592), p. [1]-[18]. Available at: https://search.informit.org/doi/10.3316/informit.054874118981851.

Image Sources: Google Images