Memahami Tentang Innovation Diffusion Theory
Salam sobat pembaca sekalian, dalam artikel kali ini saya ingin membahas tentang innovation diffusion theory. Teori ini belakangan serng digunakan sebagai grand theory dalam penelitian akuntansi atau keuangan yang berhubungan dengan teknologi. Misalnya penelitian tentang teknik audit berbantuan komputer, cloud accounting, penggunaan blockchain dalam audit dan lainnya. Kalau begitu langsung saja kita bahasa tentang innovation diffusion theory ini.
Innovation Theory pertama kali dikenalkan oleh Christensen dan Bower pada tahun 1995 ketika mereka meneliti industri disk-drive. Christensen dan Bower menjelaskan bahwa ketika melakukan wawancara dengan manager industri ini dilakukan, para manajere mendiskusikan konsep proses alokasi sumber daya untuk mendukung inovasi berkelanjutan (Bower & Christensen, 1995). Hal ini dapat diartikan manajemen berfokus pada pengembangan produk baru yang menawarkan margin tinggi dengan menargetkan pasar besar dengan pelanggan yang dapat diidentifikasi dan kemudian mengurangi prioritas pasar kecil yang pelanggannya kurang jelas atau sulit diidentifikasi. Dalam penelitian ini mereka mengklaim bahwa ada pola yang konsisten mengapa perusahaan terkemuka gagal karena teknologi dan perubahan pasar. Pola ini sangat konsisten dalam industri disk-drive karena mereka kehilangan posisi mereka akibat adanya perubahan teknologi (Bower & Christensen, 1995). Para perusahan terkemuka yang sudah terkenal terlalu berpegang teguh pada dogma manajemen mereka sehingga mereka gagal karena tidak melakukan investasi teknologi dalam memenuhi keinginan pelanggan di masa yang akan datang. Dengan adanya fenomena seperti ini maka muncul Disruptive innovation theory. Teori ini menggambarkan suatu proses di mana suatu produk atau layanan awalnya berakar pada aplikasi sederhana di bagian bawah pasar dan kemudian tanpa henti bergerak ke atas, akhirnya menggusur pesaing yang sukses (Christensen et al, 2018). Christensen berpendapat bahwa disruptive innovations akan merugikan perusahaan yang makmur dan dikelola dengan baik, serta perusahaan yang mengenal pelanggan mereka dan memiliki analisis dan pengembangan yang sangat baik. Pengembangan awal dari inovasi disruptive bertujuan untuk menjelaskan inovasi teknologi dan menguji konsekuensi dari teknologi terbaru yang dapat menggeser teknologi sebelumnya di pasar.
Pada 2018, melalui wawancara dengan Stephen Dennings, Christensen mengatakan bahwa teori tambahan diperlukan untuk melengkapi teori sebelumnya. Christensen mengatakan konsep gangguan berbatasan dengan pertumbuhan. Ada tiga jenis inovasi yang terkait dengan konsep “growth” dalam disruptive theory. Jenisnya adalah sebagai berikut:
- Market-creating innovation
Merupakan inovasi yang membuka peluang untuk pasar baru. Inovasi yang melakukan penyusunan kembali produk yang mahal dan canggih menjadi suatu produk yang lebih terjankau dalam segi biaya serta dapat mudah digunakan dan diperoleh oleh banyak orang. Faktor pertumbuhan berasal dari orang-orang yang melakukan inovasi, mendistribusi, menjual serta melayani pembeli.
- Sustaining innovations
Merupakan inovasi yang memiliki peran dalam perekonomian untuk membentuk produk yang sudah ada menjadi produk yang lebih baik dari sebelumnnya. Inovasi ini menjaga ketertarikan pasar terhadap produk serta membuat pasar tetap kompetitif dan dinamis.
- Efficiency innovations
Merupakan inovasi yang menargetkan hasil lebih dengan usaha yang sedikit dengan meniru inovasi sebelumnya dengan lalu memanfaatkan disruptive patterns untuk mendominasi pasar. Dalam sudut pandang kompetitif mereka memiliki dampak yang sama namun perusahaan terdahulu juga bisa saja tereleminasi, namun tujuan dalam pasar adalah meningkatkan efisiensi pasar.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam disimpulkan bahwa masing-masing inovasi memainkan peran yang sangat penting dalam suatu ekonomi, dan mereka terkait satu sama lain. Market-creating innovations untuk pertumbuhan pasar dengan membuka peluang baru, sustaining innovations untuk mempertahankan produk lama dan mengubahnya menjadi lebih baik. Efficiency innovations untuk mempersingkat pekerjaan dengan mengeliminasi hal-hal yang tidak diperlukan. Demikian penjelasan saya tentang innovation diffusion theory ini, semoga informasinya bermanfaat bagi teman – teman yang sedang membuat penelitian tentang accounting dan auditing technology dan sobat pembaca sekalian, terima kasih
Referensi:
- Bower, J. L., & Christensen, C. M. (1995). Disruptive technologies: catching the wave.
- Christensen, C. M., McDonald, R., Altman, E. J., & Palmer, J. E. (2018). Disruptive Innovation: An Intellectual History and Directions for Future Research. Journal of Management Studies, 55(7), 1043-1078.
Image Sources: Google Images