Salam Sobat Pembaca, pada artikel kali ini saya ingin membahas tentang pendeteksian potensi kecurangan laporan keuangan. Banyak pendekatan untuk pendeteksian kecurangan ini, awalnya dulu adaah pendekatan dari (Cressey, 1953) yaitu dengan Fraud Triangle nya yang terkenal. Dengan berjalannya waktu, teori tersebut berevolusi sampai dengan Fraud Hexagon nya (Vousinas, 2019).

Nah kali ini saya ingin membahas satu model yang digagas oleh Khairusany Mohamed Yusof yang dipublikasikan di tahun 2016 dengan judul: Fraudulent Financial Reporting: An Application of Fraud Models to Malaysian Public Listed Companies. Penelitian tersebut merupakan disertasi Yusof dalam pendidikannya meriah gelar PhD di The University of Hull, England.

Fraud Heptagon sendiri dalam (Handoko, Natalya and Hendra, 2022) terdiri dari faktor-faktor berikut ini:

  1. Incentive: insentif yang dapat membuat orang jadi melakukan kecurangan demi mendapatkan insentif yang dijanjikan dengan target tertentu
  2. Pressure: tekanan yang membuat orang jadi terjepit dan gelap mata
  3. Opportunity: adanya peluang, celah yang dimanfaatkan pelaku kecurangan
  4. Attitude: sikap dan perilaku seseorang, attitude yang buruk ditengarai berhubungan dengan kemungkinan kecurangan
  5. Rationalization: pembenaran, atau pembelaan diri pelaku kecurangan
  6. Capability/Competence: seseorang mampu melakukan kecurangan karena yang bersangkutan mempunyai kapasitas atau kompetensi di bidang tersebut.
  7. Arrogance: kesombongan yang membuat seseorang jadi lebih berani melakukan kecurangan
  8. Ignorance: tidak peduli, membiat seseorang tidak peduli lagi akan sanksi dan hukuman yang didapat kalau melakukan kecurangan
  9. Greed: ketamakan orang yang tidak pernah merasa puas dan selalu menginginkan lebih lagi.

Dalam hal pendeteksian kecurangan laporan keuangan, maka oleh (Yusof, 2016) kesembilan faktor tadi diproksikan menjadi sebagai berikut:

  1. Incentive: Growth: ROA (Return on Asset) atau Changes in Sales
  2. Pressure: Leverage
  3. Opportunity: Composition of BODs
  4. Attitude: Historical financial restatement times
  5. Rationalization: Changes in accounting policies
  6. Capability/Competence: Undeclared policies on doubtful debts and accounting receivables
  7. Arrogance: CEO duality atau Numbers of CEO pictures in annual reports
  8. Ignorance: days taken to submit annual financial reports as at financial year-end
  9. Greed: Executive’s directors remunerations (actual ataupun ratio)

Jadi faktor-faktor tersebut ditengarai mampu memberikan clue atau red flag bagi fraud auditor maupun forensic accountant untuk dapat mendeteksi potensi atau gejala terjadinya kecurangan laporan keuangan.

Referensi:

  • Cressey, D. R. (1953) Other People’s Money: A Study in the Social Psychology of Embezzlement. USA: Glencoe.
  • Handoko, B. L., Natalya, G. F. and Hendra, E. (2022) ‘Analysis of Factors Impacting Fraudulent Financial Reporting Based on Fraud Heptagon Model on Indonesian ’ s State-Owned Enterprises’, in The 2022 9th International Conference on Management of e-Commerce and e-Government (ICMECG 2022).
  • Vousinas, G. L. (2019) ‘Advancing theory of fraud: the S.C.O.R.E. model’, Journal of Financial Crime, 26(1), pp. 372–381. doi: 10.1108/JFC-12-2017-0128.
  • Yusof, K. M. (2016) ‘Fraudulent Financial Reporting : An Application of Fraud Models to Malaysian Public Listed Companies Being a Thesis submitted for the Degree of Doctor of Philosophy in the University of Hull by Khairusany Mohamed Yusof B . Acc ( Honours ), Universiti Sain’, The University of Hull, (August), pp. 1–430.