Seiring berkembangnya waktu kemajuan teknologi terutama pada era industry 4.0 yang semakin berkembang pesat terlihat jelas pada teknologi informasi. Dengan kecanggihan teknologi kini informasi dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Pada era industry 4.0 ini akuntansi juga semakin berkembang tentunya. Seperti yang kita tahu sebelumnya sudah banyak software akuntansi yang bersifat on premise (dekstop) yaitu software dan Database disimpan pada server lokal yang dapat diakses dan dimanipulasi oleh orang-orang dalam organisasi. Setelah adanya industry 4.0 perangkat lunak akuntansi berkembang dengan sangat pesat dan menghasilkan berbagai produk seperti Cloud Computing, Blockchain, Big Data, serta banyak produk lainnya.

Cloud computing merupakan sebuah model yang memungkinkan keadan ubiquitous yaitu kapan saja dan dimana saja, nyaman, dan sesuai keinginan user atas akses jaringan ke sumber daya komputasi atau yang sering kita kenal dengan server, storage, aplikasi serta layanan yang dapat diolah dengan cepat. Karena dalam penelitian ini cloud computing yang digunakan dalam konteks akuntansi maka cloud tersebut telah dikenal dengan cloud accounting (Dimitriu and Matei, 2014).

Cloud accounting dapat diartikan akuntansi berbasis cloud dimana pengguna dapat menyimpan dan mengakses data melalui server jarak jauh yang menyediakan keamanan dan perlindungan data pengguna. Akuntansi berbasis cloud memiliki keunggulan dalam efisiensi biaya dari pada sistem akuntansi sebelumnya karena tidak disertai dengan peningkatan versi perangkat lunak dan biaya pemeliharaan sistem yang berkelanjutan. Perangkat lunak akuntasi desktop tidak perlu menggunakan internet untuk menjalankan program sedangkan jika menggunakan akuntansi berbasis cloud pengguna harus menyiapkan koneksi internet karena jika tidak memiliki koneksi internet maka pengguna tidak dapat mengakses perangkat lunak akuntansi berbasis cloud.

Kehadiran cloud accounting mendorong permintaan baru untuk meningkatkan keterampilan bagi para akuntan. Karena cloud accounting dikatakan sebagai “masa depan akuntansi”, dapat dikatakan bahwa profesi akuntansi menghadapi peluang serta risiko signifikan dari gangguan digital dan teknologi yang berkembang pesat. Saat ini, akuntan diharapkan memiliki keterampilan analitis yang lebih baik. Mereka juga diharapkan memahami seluruh lingkungan industri tidak hanya sekedar untuk memahami bisnis dan keuangan industri, Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan pergeseran dari berbasis produk ke berbasis platform, akuntan juga diharapkan dapat beradaptasi dalam keadaan ini. Sehingga tidak ada stigma bahwa akuntan akan digantikan oleh perangkat lunak. Melainkan software akuntan mempermudah pekerjaan akuntan, mungkin ada beberapa masalah mengenai kondisi bisnis baru, maka untuk mendapatkan perspektif yang lebih baik.

Beberapa manfaat dari sistem cloud accounting, seperti kemungkinan untuk mengakses informasi real-time, menurunkan biaya investasi awal dan biaya pemeliharaan juga meningkatkan efisiensi operasional. Namun, mereka menunjukkan keprihatinan pada penggunaan sistem cloud accounting, yaitu keamanan data yang disimpan. Meskipun ada beberapa penjelasan dari para ahli, para pengguna masih mempertanyakan kurangnya informasi mengenai kebijakan keamanan data tersebut. Selain itu, ada poin yang disoroti bahwa beberapa akuntan skeptis tentang model baru, dan menganggap sistem baru menjadi ancaman hilangnya profesi akuntan (Deniswara, Handoko and Mulyawan, 2020).

Demikian pemaparan saya terkait cloud accounting, semoga bermanfaat bagi sobat pembaca sekalian, terima kasih

Referensi:

  • Deniswara, K., Handoko, B. L. and Mulyawan, A. N. (2020) ‘Big data analytics: Literature study on how big data works towards accountant millennial generation’, International Journal of Management, 11(5), pp. 376–389. doi: 10.34218/IJM.11.5.2020.037.
  • Dimitriu, O. and Matei, M. (2014) ‘A New Paradigm for Accounting through Cloud Computing’, Procedia Economics and Finance, 15(December 2014), pp. 840–846. doi: 10.1016/s2212-5671(14)00541-3.

BLH