Menjadi lebih berkelanjutan berarti secara sistematis mengurangi penggunaan sumber daya dan energi serta mengurangi efek samping berbahaya seperti polusi. Ini berlaku untuk produksi barang dan penggunaannya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mencari sumber daya baru, menggunakan energi yang dihasilkan secara berkelanjutan, daur ulang dan sebagainya.  Cara ini akan meningkatkan keberlanjutan proses dan praktik yang ada. Untuk menjadi lebih berkelanjutan, bagaimanapun, tidak mempertanyakan sistem linier yang mendasarinya, namun sebaliknya, fokusnya adalah pada pengurangan dan mitigasi efek samping. Perdebatan ini berawal dari publikasi Silent Spring (Carson, 1962) atau The Limits to Growth of the Club of Rome (Meadows et al., 1972). Munculnya laporan Our Common Future oleh Gro Harlem Brundtland (WCED, 1987) memberikan dorongan yang nyata pada perdebatan tersebut. Sejak saat itu, berbagai lembaga, seperti UN IPCC dan Institut Ketahanan di Swedia, secara terus menerus dan tegas mengukur dan memvisualisasikan degradasi lingkungan alam, sementara berbagai platform telah menganjurkan urgensi untuk mengambil tindakan. Urgensinya sekarang begitu tinggi yang dibuktikan dengan mencairnya es di kutub, kenaikan suhu, kekeringan ekstrem dan kebakaran hutan sehingga sangat dibutuhkan tindakan bersama-sama.

Circularity melibatkan organisasi retensi nilai sumber daya, produk setengah jadi dan produk dalam lingkaran, yang membutuhkan sistem ekonomi terstruktur yang berbeda. Salah satu asal usul utama ekonomi sirkular umumnya dikaitkan dengan Walter Stahel dari Swiss, yang menulis laporan untuk UE pada akhir tahun 1970-an yang disebut potensi mengganti tenaga kerja untuk energi (Stahel & Reday, 1977) dan menyebutnya sebagai The Ekonomi Kinerja. Circularity juga memiliki anteseden di bidang ekologi Industri dan terkait dengan ide-ide seperti Cradle to Cradle (McDonough & Braungart, 2002), dan Blue Economy (Pauli, 2017). Untuk waktu yang lama, ide-ide ini beroperasi dalam isolasi sehingga diintegrasikan dan diutamakan oleh Yayasan Ellen McArthur (lihat www.ellenmacarthurfoundation.org) yang mengambil ide tersebut pada tahun 2013 dan membawa filosofi ini menjadi perhatian bisnis, politik dan masyarakat umum dengan segala cara yang mungkin. Ide dasarnya adalah bahwa ekonomi sirkular menggantikan model linier tradisional yaitu ambil-buat-limbah.

Sumber:

  • J. Jonker and N. Faber, Organizing for Sustainability, https://doi.org/10.1007/978-3-030-78157-6_1
  • IPCC. (2018). Global warming of 1.5°C: An IPCC Special Report on the impacts of global warming of 1.5°C above pre-industrial levels and related global greenhouse gas emission pathways, in the context of strengthening the global response to the threat of climate change, sustainable development, and efforts to eradicate poverty. Intergovernmental Panel on Climate Change. http://www.ipcc.ch/report/sr15/.
  • De Wit, M., Verstraeten-Jochemsen, J., Hoogzaad, J., & Kubbinga, B. (2019). Circularity Gap Report 2019: Closing the circularity gap in a 9% world. Retrieved on 24 September 2020 from:docs.wixstatic.com/ugd/ad6e59_ba1e4d16c64f44fa94fbd8708eae8e34.pdf.
  • Material Economics. (2018). The circular economy: A powerful force for climate mitigation. Material Economics. https://materialeconomics.com/material-economicsthe- circular-economy.pdf?cms_fileid=340952bea9e68d9013461c92fbc23cae.

Image Sources: Google Images