Dalam menjalani praktik bisnis bukanlah perkara mudah, mengingat seorang pemimpin perlu memiliki pengetahuan, pengalaman, dan pertimbangan yang matang dengan melihat dari serangkaian aspek yang menjadi landasan dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin harus dapat menjaga kualitas mutu dan jaminan melalui aktivitas operasional yang berlangsung dalam perusahaan untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan pasar yang semakin pesat. Selain itu, pemimpin juga seringkali dihadapi dengan berbagai situasi yang tidak menentu yang mengharuskan mereka untuk terus belajar beradaptasi dengan perkembangan zaman yang semakin maju, dimana perubahan tersebut berupa fenomena yang tidak menentu (pandemi COVID-19), transformasi digital, sumber daya yang bersifat heterogenitas, climate change, dan lainnya yang membutuhkan efektivitas dan efisiensi waktu dalam mengarahkan strategi sebagai solusi untuk memecahkan masalah tersebut secara berkala (Huynh, 2020). Menurut Kyere & Ausloos, (2021) pengelolaan manajemen sangat dibutuhkan untuk membantu pengarahan prospek kinerja yang lebih berkompeten untuk membangun daya saing yang lebih unggul terhadap kompetitor lainnya, melalui proses mitigasi risiko yang mengorientasikan kepada pengelolaan manajemen.

Dalam artikel yang dirilis oleh Deloitte, (2022) terdapat beberapa poin yang dihantarkan bagi praktisi untuk menjadi ketua dewan, antara lain:

  1. Build Relationships: Dalam menjalani praktis bisnis, perlu adanya sebuah koneksi yang terjalin dengan seluruh pihak untuk meningkatkan kelancaran dan keberhasilan dalam mengatur dan mengelola jalannya bisnis. Selain itu, dengan menjalin hubungan dengan seluruh anggota dewan komisaris, manajemen, pihak pemangku kepentingan, dapat memberikan berbagai sudut pandang yang berbeda sebagai pengetahuan yang dapat dipertajam untuk membangun performa bisnis yang semakin maju dan transparansi tanpa terikat dengan pihak apapun.
  2. Show Decisive Leadership: Seorang pemimpin bukan terletak dari seberapa hebat seseorang, melainkan bagaimana pemimpin merupakan seorang individu yang dihormati dan peduli terhadap seluruh karyawan dan pihak pemangku kepentingan dengan memiliki empati yang menunjukan kepedulian dan perhatian.
  3. Understand the Business: Pemimpin akan kesulitan dalam mengerahkan strategi bisnis apabila tidak memiliki kapasitas yang mumpuni untuk mengarahkan prospek bisnis yang semakin maju. Pengetahuan merupakan salah satu nilai utama untuk membangun sebuah pemahaman seputar bisnis, baik dalam sisi internal dan eksternal dengan menggabungkan sudut pandang menjadi sebuah inovasi baru yang menjadi keunggulan dalam menunjukan nilai bisnis (Wang et al., 2016). Menurut Rauter et al., (2019) dengan pemahaman bisnis yang dikombinasikan dengan jalinan relasi yang luas, dapat meningkatkan pergerakan perekonomian bisnis yang berkelanjutan dan membangun inovasi secara jangka panjang.
  4. Lead on Purpose and Values: Pemimpin dalam mengatur dan mengelola kelangsungan bisnis tentu bergantung kepada tujuan dan nilai yang dianut oleh perusahaan, sebagaimana hal tersebut menjadi pegangan bagi para dewan komisaris dalam memberikan saran dan masukan kepada top management saat mengoperasikan perusahaan. Dewan komisaris harus dapat membuat keputusan secara jangka panjang yang menjaga reputasi dari organisasinya melalui kepemimpinan top management yang selaras dengan visi, misi, tujuan, dan nilai perusahaan.
  5. Be a Learning Leader: Pemimpin harus terus belajar mengikuti perkembangan agar tidak dinilai ketinggalan zaman saat mengarahkan potensi bisnis kedepan. Kelangsungan usaha dapat dinilai dari kesiapan para pemimpin dalam mengendalikan seluruh proses yang sesuai dengan kode etik serta bagaimana mampu memfasilitasikan sumber daya untuk membuka peluang yang lebih besar bagi karyawan. Dengan memanfaatkan pengetahuan yang diperbarui secara berkala, dapat membantu mengarahkan top management untuk menjalani aktivitas bisnis melalui diskusi bersama yang mengorientasikan strategi ke masa mendatang.
  6. Nurture a Broader Skill Set: Kemampuan teknik sangat penting dan perlu diperhatikan agar dapat memperluas wawasan dan kapasitas individu untuk terus bereksplorasi menggali kapabilitas organisasi dan kompetensi sumber daya agar dapat bersaing secara unggul di ranah global.
  7. Embrace Diversity: Dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas, membutuhkan peranan dari para individu yang terarah untuk mewujudkan tujuan bersama. Sesuai dengan penelitian Lettieri et al., (2004) bahwa organisasi terdiri dari sekumpulan individu yang beragam, sehingga membentuk heterogenitas yang menjadi tantangan bagi pemimpin. Maka, pemimpin perlu membangun kebudayaan yang disambut dan diterima dengan baik oleh seluruh pihak, sehingga penyaluran dan distribusi informasi, prospek kerja, kualitas lingkungan dalam perusahaan dapat terjaga dan mampu meningkatkan performa perusahaan secara terus-menerus dengan mendorong keberagaman sebagai kekuatan bukan ancaman yang merugikan organisasi dan individu.
  8. Be a Good Listener: Pemimpin dengan nilai tambah tidak hanya memiliki kapasitas untuk mengatur, mengarahkan, mengendalian, dan mengelola perusahaan. Melainkan, bagaimana mereka mampu menjadi pendengar yang baik, seperti menampung pendapat dari karyawan untuk menjadi bahan pertimbangan yang menjaga kualitas organisasi dengan meningkatkan proses pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan dalam divisi / bagian di organisasi dengan lebih efektif dan terjangkau.

REFERENSI

  • Huynh, Q. L. (2020). A triple of corporate governance, social responsibility and earnings management. Journal of Asian Finance, Economics and Business. https://doi.org/10.13106/jafeb.2020.vol7.no3.29
  • Kyere, M., & Ausloos, M. (2021). Corporate governance and firms financial performance in the United Kingdom. International Journal of Finance and Economics. https://doi.org/10.1002/ijfe.1883
  • Lettieri, E., Borga, F., & Savoldelli, A. (2004). Knowledge management in non-profit organizations. Journal of Knowledge Management. https://doi.org/10.1108/13673270410567602
  • Rauter, R., Globocnik, D., Perl-Vorbach, E., & Baumgartner, R. J. (2019). Open innovation and its effects on economic and sustainability innovation performance. Journal of Innovation and Knowledge. https://doi.org/10.1016/j.jik.2018.03.004
  • Wang, G., Holmes, R. M., Oh, I. S., & Zhu, W. (2016). Do CEOs Matter to Firm Strategic Actions and Firm Performance? A Meta-Analytic Investigation Based on Upper Echelons Theory. Personnel Psychology. https://doi.org/10.1111/peps.12140
  • Yasmine Chahed; Dan Konigsburg; Jo Iwasaki; William Touche. (2022, June 27). Board effectiveness and the chair of the future: Executive summary. Retrieved from Deloitte: https://www2.deloitte.com/us/en/insights/topics/leadership/improving-board-chair-effectiveness.html

Image Sources: Google Images