Pemakaian ATLAS dalam Kerja Lapangan Audit
Secara praktik, audit keuangan dilaksanakan dalam sebuah file dalam bentuk Excel yang terdiri dari beberapa sheet, yang secara umumnya akan langsung digabungkan menjadi satu Laporan Auditor Independen dan akan menentukan opini berdasarkan keakuratan dari laporan keuangan yang diaudit.
Berdasarkan Standar Audit (SA) konvergensi International Standards on Auditing (ISA), hanya dijelaskan proses melaksanakan audit dan masing-masing komponen dalam audit cycle, namun tidak disebutkan platform yang ideal digunakan untuk melaksanakan audit. Sehingga secara praktik, sangat bervariasi metode melacak kerja lapangan audit
Dikutip dari Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK), hal tersebut mengakibatkan masih banyaknya kelemahan terkait pemahaman atas pelaksanaan audit berbasis risiko dan tidak adanya sarana audit yang dapat menunjang proses audit. Itu menjadi motivasi yang mendorong PPPK, sebagai salah satu instansi Kemenkeu, untuk merancangkan sarana audit yang efektif, yakni Audit Tool and Linked Archive System, atau ATLAS.
- Atlas
ATLAS sebagai aplikasi dirancangkan oleh PPPK dan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) merupakan sebuah platform di mana auditor bisa menggunakannya untuk mencatat progres dalam proses audit. Kedua pihak merancangkan ATLAS supaya auditor bisa menyusun progres dan data-data yang diperlukan secara lebih rapi, dikarenakan semuanya ditemukan di satu tempat.
Meskipun begitu demikian, memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengisi ATLAS karena tidak bisa diakses oleh beberapa pihak sekaligus. Menghadapi ini, dari pihak perancang menyarankan untuk menugaskan seorang pegawai atau auditor untuk mengisi ATLAS. Oleh karena proses yang banyak memakan waktu mengenai pengisian data, auditor tidak menggunakannya secara maksimal dan tetap menggunakan metode-metodenya sendiri.
- Audit Cycle
ATLAS dirancangkan berdasarkan kerja sama antara PPPK dengan IAPI, otomatis proses yang disajikan pada ATLAS sudah berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Secara gambaran luas, proses audit terdapat 3 tahap, yakni tahap perikatan (pre-engagement), tahap proses audit (audit risk response), dan proses pelaporan akhir (completing and reporting). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, semua sudah dirancangkan menyesuaikan dengan SPAP. Masing-masing kantor akuntan publik (KAP) mungkin memiliki metode yang berbeda-beda mengenai proses audit, namun semua tetap patuh terhadap SPAP.
Sebelum Audit
Meskipun proses audit masih pada tahap awal, sudah bisa dibilang bahwa audit sudah mulai pada tahap tersebut. Auditor awalnya mengirimkan surat perikatan dan surat awal lainnya sambil mendapatkan data dari klien yang ingin diaudit. Mengetahui industri dari klien, peredaran bruto, kondisi manajemen dari klien, apabila klien perusahaan sedang tengah gugatan atau tidak, kondisi pengendalian internal klien, dan hal-hal lainnya yang perlu diketahui. Dengan semua ini, auditor dapat menentukan risiko yang dibawa klien tersebut untuk menentukan apabila KAP akan menerima klien tersebut atau tidak. Jika sudah diidentifikasikan risikonya dan KAP sudah memutuskan untuk ingin melaksanakan audit atas klien, maka dikirimkan proposal audit.
Untuk ATLAS, sebenarnya tahap awal terdapat lagi 2 bagian, yakni pra-perikatan dan penilaian risiko. Kedua ini memiliki tujuan yang berbeda namun sama-sama penting untuk awal sebelum audit.
Pre-Engagement
Pada awal dari pra-perikatan akan dilaksanakan proses klien tahun pertama atau klien berkelanjutan, dikarenakan akan ada beberapa informasi yang perlu diisikan untuk tahap berikutnya. Berdasarkan ukuran dari klien perusahaan dan skala operasionalnya, akan dilaksanakan alokasi jam jasa dan perencanaan lainnya yang relevan supaya dapat disusunkan proposal audit mengenai waktu efektif audit. Kemudian disusunkan surat perikatan dan surat tugas demi keperluan administratif. Pernyataan independensi untuk menyatakan bahwa auditor independen dan tidak bercampur tangan dalam kegiatan klien perusahaan. Semua surat dan pernyataan tersebut akan dipastikan dalam ATLAS apabila sudah mengandung hal-hal yang diperlukan SPAP. Selain itu, proses audit berdasarkan ATLAS sudah menyiapkan auditor sebelum mulainya proses audit. Berakhir pada perikatan tahun pertama (apabila klien yang diambil memang tahun pertama) di mana diisikan hal-hal yang diminta untuk kemudian menentukan risiko audit.
Risk Assessment
Mengambil data dari laporan keuangan internal klien perusahaan untuk menentukan materialitas awal yang digunakan dalam proses audit. Dengan memahami entitas, lingkungan dan industrinya, disusunkan audit plan dan prosedur analitis awal supaya auditor mengetahui bagaimana melaksanakan audit. Kemudian dengan memperhatikan pengendalian internal dan kondisi dari klien perusahaan yang didapatkan dari komunikasi dengan mereka yang dipercayakan tata kelola klien perusahaan (TCWG/those charged with governance) dan SPI (Satuan Pengawasan Internal), dapat dinilai inherent risk dan control risk. Dari kedua itu maka akan muncul audit risk dan menentukan risiko salah saji material. Dari semua itu, disimpulkan hasil penemuan awal dan dilaksanakan pembaruan terhadap audit plan.
Audit Risk Response
Pada tahap inilah banyak orang menganggap mulainya proses audit. Bagian yang paling dasar yang disiapkan auditor merupakan worksheet atau working paper. Dalamnya terdapat working trial balance, prosedur audit yang akan dilaksanakan jurnal penyesuaian yang diperlukan, dan akhirnya laporan keuangan yang telah diaudit. Ini termasuk di bagian proses audit karena masih belum disampaikan ke manajemen klien dan memperhatikan ke saldo dan jumlah. Di bawah itu terdapat estimasi akuntansi, transaksi dengan pihak berelasi, peristiwa kemudian, kelangsungan usaha, representasi manajemen, pakar auditor, pakar manajemen, dan komitmen dan kontijensi. Semua ini masih relevan kepada klien perusahaan karena masih mempengaruhi posisi keuangan klien dan mayoritasnya berdampak pada akun-akun yang material dan pervasif.
Completing and Reporting
Pada bagian ini, semua temuan dan proses audit kemudian dilaksanakan tinjauan kembali untuk memastikan apabila terdapat bagian yang masih kurang atau hal yang masih perlu dijelaskan oleh pihak yang terkait supaya transparan dan menyajikan posisi keuangan secara tepat. Dinilai kembali materialitas untuk membandingkan dari laporan keuangan internal kepada laporan keuangan diaudit. Dilaksanakan juga prosedur analitis akhir untuk analisis lainnya yang mungkin masih disebut dalam ruang lingkup audit pada proposal audit. Selain itu, pada akhir audit ditinjau kembali laporan keuangan yang diaudit, bukti audit yang didapatkan auditor, pemeriksaan kembali laporan auditor independen, memorandum yang relevan, dan kemudian diterbitkan laporan auditor independen final. Pada tahap inilah diterbitkan opini auditor berdasarkan temuan yang telah auditor temui dan bahas bersama pihak manajemen, karena tanpa persetujuan manajemen, opini audit tidak bisa diterbitkan.
General
Untuk bagian tersebut, tidak ada tujuan tertentu, hanya saja mengandung hal-hal yang mungkin akan diperlukan di bagian ATLAS yang lainnya. Dalam bagian ini, terdapat laporan keuangan, sehingga auditor dapat mengisikan saldo internal supaya menjadi dasar perhitungan, terutama untuk bagian seperti materialitas, risiko salah saji, kertas kerja, dan bagian lainnya yang relevan. Selain itu, terdapat juga lampiran, singkatan, dan petunjuk pengisian singkat. Pada petunjuk pengisian singkat, terdapat secara berurutan bagian-bagian yang harus auditor isi supaya tidak terjadi kekeliruan. Lebih dari itu, dari pihak yang berkaitan juga ada menyediakan panduan terpisah lagi yang menjelaskan lebih spesifik dan lebih detail lagi per bagian, apabila auditor memerlukan penjelasan yang lebih mendalami
Keuntungan dan Kerugian Menggunakan ATLAS
Untuk setiap program atau aplikasi, pasti akan ada yang memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak dikecualikan program ini. Dari pihak pemerintah dan swasta nirlaba memang memiliki tujuan supaya auditor dapat menyajikan secara lebih rapi dan dapat memperhatikan progres audit secara lebih kondusif, namun pasti ada hal-hal yang dilewatkan oleh pihak-pihak tersebut dari praktik lapangan auditor dan koordinasi dengan klien perusahaan. Harus dipertimbangkan bahwa ATLAS dirancangkan menggunakan SPAP sebagai dasar.
Dari ATLAS memang sudah disediakan audit cycle dan panduan untuk mengisi ATLAS, sehingga juga menunjukkan proses audit berdasarkan SPAP. Selain itu, dikarenakan ATLAS memang dirancangkan oleh PPPK dan IAPI, sehingga ATLAS sebagai sebuah aplikasi, para auditor bisa meyakini bahwa akan diterima oleh pihak-pihak yang relevan, berkaitan keperluan data dan proses audit. Sebagai sebuah aplikasi berdasarkan Excel, ATLAS sebagai sebuah program tidak memerlukan syarat dan keperluan yang tinggi mengenai spesifikasi perangkat yang digunakan.
Meskipun banyak yang telah dipertimbangkan oleh kedua pihak tersebut, tentu ada beberapa kekurangan dari aplikasi tersebut. Mungkin pada beberapa kasus akan terjadi hal-hal yang di luar kebiasaan, dan masing-masing kasus tentu akan berbeda. Diragukan apabila ATLAS dapat menopang perbedaan tersebut. Selain itu, dalam ATLAS terdapat banyak bagian yang harus diisi, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sehingga mengisi ATLAS lebih terkesan sebagai tugas administrasi karena cukup memakan waktu juga.