Decentralized Finance (DeFi) terus mengalami pertumbuhan sejak tahun 2020. Berbagai aplikasi desentralisasi (D’Apps) dan platform DeFi mulai dari Decentralized Exchange (DEX) hingga layanan pinjaman tengah mencapai tingkat kesuksesan dengan basis pengguna yang terus berkembang. Kitzler et al., (2021) menjelaskan bahwa DeFi mampu mengatasi kekurangan dari layanan keuangan tradisional, dimana tidak ada biaya perantara dari setiap transaksi yang dilakukan pengguna. Seperti kita ketahui bersama bahwa sebelumnya sebagian besar ekosistem DeFi dibangun di atas Blockchain Ethereum dengan ketentuan berupa dana yang tersimpan di Blockchain lain (misal: Bitcoin) itu tidak bisa diinvestasikan atau ditransfer ke dalam proyek DeFi berbasis Ethereum. Hal ini jelas mempengaruhi jumlah investasi koin crypto. Namun berkat kehadiran REN, investor sudah dapat dengan mudah melakukan transfer koin crypto ke berbagai Blockchain yang berbeda.

Sekilas mengenai sejarah didirikannya REN, REN atau yang sebelumnya dikenal sebagai protokol republik, merupakan salah satu hasil karya dari Taiyang Zhang dan Loong Wang yang dibuat pada tahun 2017 dan diresmikan pada tahun 2019. Baik Taiyang Zhang maupun Loong Wang, keduanya merupakan pengembang perangkat lunak yang terkenal.

Protokol REN dirancang untuk memungkinkan adanya interoperabilitas bagi penggunanya. (BPS, 2020) mendefinisikan interoperabilitas sebagai kondisi dimana suatu aplikasi dapat saling berinteraksi dengan aplikasi lainnya melalui suatu protokol yang telah disetujui bersama melalui berbagai macam jalur komunikasi. Misal melalui network TCP/IP dan protokol HTTP dengan memanfaatkan file XML. Sementara dalam konteks cryptocurrency, interoperabilitas memiliki arti bahwa pengguna dapat mentransfer cryptocurrency ke berbagai blockchain yang berbeda (Ly, 2021). Pengguna cryptocurrency dapat mengunci aset digital mereka seperti Bitcoin (BTC), Zcash (ZEC), dan Bitcoin Cash (BCH) kedalam software/protokol REN dan mencetak Token setara ERC-20 untuk REN BTC, REN ZEC, dan REN BCH dalam rasio 1:1 di Blockchain Ethereum.

Koin/token ERC-20 ini dapat digunakan kedalam produk Decentralized Finance (DeFi) dengan berbagai fungsi seperti perdagangan, peminjaman, dan manajemen portfolio. Aset digital yang disimpan (dikunci) pada software/Protokol REN ini tetap dapat dibuka kembali kapanpun dengan membayar biaya sesuai dengan yang sudah ditentukan.

Cara kerja REN

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa software/protokol REN memungkinkan terjadinya transfer aset crypto ke seluruh Blockchain yang berbeda. Dalam hal ini protokol REN menggunakan mesin virtual REN atau yang lebih dikenal dengan istilah RenVM. RenVM sendiri didukung oleh jaringan DarkNodes, dimana pada jaringan ini daya komputasi diperlukan untuk mengidentifikasi dan memproses pesanan cryptocurrency secara cross chain yang artinya dapat dieksekusi pada blockchain Ethereum menggunakan token setara ERC-20 dari aset yang ditransaksikan. Dibutuhkan 100.000 token REN untuk menjalankan Darknode agar mencegah penipu memalsukan sebagian besar identitas dan menjalankan banyak node secara berbeda. Hal yang perlu kita pahami bersama adalah REN mengoperasikan node dan mendorong banyak orang untuk menjalankan Darknodes. Hal ini berarti semakin banyak operator Darknode, maka akan semakin bernilai dan berharga REN, sehingga hal ini akan mempengaruhi harga koin REN dan markep cap.

Adapun token REN ini menggunakan beberapa teknologi seperti:

  1. Shamir’s Secret Sharing
    Teknologi ini merupakan prinsip dari kriptografi yang membagi data rahasia menjadi sejumlah bagian data yang dipegang oleh para pengguna yang berbeda, sehingga jumlah atau tujuan kripto yang ditransaksikan tidak dapat diketahui. Selain itu REN mengadopsi Shamir’s Secret Sharing  untuk menjaga private key yang digunakan di dalam jaringan RenVM agar tersembunyi.
  2. Secure Multiparty Computation (SMPC)
    Merupakan algoritma yang memungkinkan pihak terdistribusi untuk bersama-sama menjalankan kode pengembang tanpa mengungkapkan input dan output pribadi mereka sendiri (Zhao et al., 2019).
  3. Byzantine Fault Tolerance (BFT)
    Merupakan algoritma yang digunakan untuk mengindikasikan bahwa jaringan yang ada pada REN berfungsi secara efektif meskipun beberapa node mati.

Selanjutnya, untuk menukar aset digital antar Blockchain yang berbeda, RenVM akan mendapatkan token pada satu chain yang kemudian dibuatkan token baru pada chain lainnya yang dapat mewakili aset tersebut. Sebagai contoh Bitcoin (BTC) yang diubah menjadi REN BTC.

Pengoperasian Darknode sendiri sudah bisa diatur dengan Digital Ocean, Google Cloud, dan Amazon Web Service. Selain itu, saat ini penggunaan RenVM sudah digunakan oleh banyak investor DeFi untuk memindahkan aset crypto ke dalam aplikasi DeFi seperti Curve Finance, Keeper DAO, dan MyEtherWallet.

References:

  • BPS. (2020). Definisi Interoperabilitas (Interoperability). Qasp2020.Bps.Go.Id. https://qasp2020.bps.go.id/posts/84f97df21abb4947afd5e271bb586f04/interoperability/definisi-interoperabilitas
  • Kitzler, S., Victor, F., Saggese, P., & Haslhofer, B. (2021). Disentangling Decentralized Finance (DeFi) Compositions. In Proceedings of ACM Conference (Conference’17) (Vol. 1, Issue 1). Association for Computing Machinery. http://arxiv.org/abs/2111.11933
  • Ly, R. (2021). This dissertation is submitted for the degree of Master of Science in Data Analytics. Dublin Business School, May.
  • Zhao, C., Zhao, S., Zhao, M., Chen, Z., Gao, C. Z., Li, H., & Tan, Y. an. (2019). Secure Multi-Party Computation: Theory, practice and applications. Information Sciences, 476, 357–372. https://doi.org/10.1016/j.ins.2018.10.024