Seiring dengan berjalannya waktu, manusia tidak akan pernah luput dari perubahan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Berbagai inovasi terus diciptakan dengan harapan dapat menjadi solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam aktivitas yang dijalani manusia, dimana hal utama yang menjadi penekanan untuk bertahan hidup dengan menjaga stabilitas organisasi yang dibentuk untuk meningkatkan perekonomian negara dan harmonisasi pihak pemangku kepentingan (Abatecola et al., 2016). Sesuai dengan yang disampaikan oleh Kumaraswamy et al., (2018) apabila organisasi tidak mampu beradaptasi dengan perubahan, cenderung mengalami disrupsi secara berkelanjutan, dimana hal ini juga diungkapkan oleh Autor, (2015) berpotensi memperlebar kesenjangan manusia dengan pertumbuhan teknologi.

Dunia telah merasakan perubahan yang sangat cepat dengan hadirnya teknologi masif di era revolusi industri 4.0 yang mentransformasi seluruh aspek entitas menjadi berbasis digital (Gupta et al., 2020). Selain dunia industri, teknologi juga telah berdampak kepada pemerintahan yang mendorong mereka untuk mengimplementasi Artificial Intelligence agar dapat memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat dengan cepat (Mikalef et al., 2021). Hal ini memperlihatkan bahwa dampak pertumbuhan teknologi telah mengorientasikan strategi dunia bisnis untuk segera bergerak dengan menggunakan sistem informasi terkini agar dapat berdaya saing secara unggul, sehingga terdapat 67% pemimpin yang telah mengadopsi teknologi dan 69% menyatakan bahwa keberadaan teknologi telah mempercepat strategi yang mereka kembangkan (Canaday, 2020).

Untuk dapat mengadopsi teknologi dibutuhkan sebuah strategi yang matang untuk mencegah risiko yang tidak diinginkan, seperti informasi asymetris yang merugikan beberapa pihak pemangku kepentingan (Jensen & Meckling, 1976; Sinibaldi et al., 2020). Maka, untuk dapat mencapai kesuksesan strategi dalam mengadopsi teknologi, dibutuhkan informasi yang akurat sebagai sumber pengetahuan bagi para manajemen puncak untuk mempertimbangkan dan mengambil keputusan. Pengetahuan untuk meningkatkan manajemen perusahaan (knowledge management) bersifat komprehensif dan perlu diperhatikan secara seksama agar tidak terdistorsi dengan faktor yang mengundang kesalahpahaman, dimana pemimpin perlu mengetahui kebutuhan sumber daya, heterogenitas latar belakang tenaga kerja, hingga tujuan yang dapat dicapai secara efektif sesuai visi dan misi perusahaan (Rathi & Given, 2017). Sebagai asset utama, informasi merupakan sumber yang bernilai untuk menentukan kemajuan organisasi, sehingga perlu disampaikan oleh pihak yang tepat dan tersalurkan secara bertahap, dimulai dari antar individu hingga komunitas (Lettieri et al., 2004).

Sayangnya, banyak pemimpin yang belum siap menghadapi perubahan dan tertutup, yang mempengaruhi kapabilitas sumber daya yang terhambat dalam memperluas kemampuan dan peluang. Hal ini dibuktikan dalam penelitian (Kolbjørnsrud et al., 2017) adanya manajer yang skeptis dengan kemajuan teknologi AI karena khawatir posisi mereka akan tergantikan, sehingga banyak kalangan middle hingga top management yang kurang terbuka ketimbang generasi muda yang berada di bottom management. Selain itu, Li et al., (2020) melihat karena sikap dari ambidexterous leader juga mempengaruhi radical innovation yang berjalan dalam perusahaan. Hal ini akan berdampak kepada seluruh tenaga kerja dan pihak pemangku kepentingan untuk terlambat beradaptasi menyambut perubahan besar.

Salah satu bidang yang menjadi tiang utama dalam dunia industri adalah akuntan professional yang menyediakan dan menyajikan informasi laporan keuangan sebagai bentuk gambaran pergerakan perekonomian perusahaan kepada para pengguna laporan, baik kepada internal maupun eksternal (Bruch & Adkins, 2015). Dalam hal ini, akuntan dapat berperan penting sebagai penyedia informasi bagi para pemimpin untuk mendorong pembaruan inovasi dengan berintegrasi kepada teknologi, melalui penyajian informasi keuangan yang dapat lebih dikelola secara efisien dengan mengadopsi teknologi yang tepat. Selain itu, akuntan dapat mengomunikasikannya kepada para pimpinan dengan tujuan untuk menjaga stabilitas organisasi melalui pengendalian internal dan quality control dalam produktivitas dengan bantuan teknologi modern, sehingga hal ini secara perlahan juga dapat membantu membuka wawasan pemimpin dalam berkolaborasi dengan penggunaan teknologi.

Akuntan sebagai profesi yang identik dengan keberadaan data, harus dapat menerapkan teknologi yang handal untuk menjaga kualitas informasi keuangan serta membantu meminimalisir penggunaan biaya yang tidak diperlukan sebagai dorongan nilai tambah bagi kemajuan perusahaan (Munoko et al., 2020). Oleh karena itu, sangat penting bagi akuntan untuk menumbuhkan pengetahuan yang terbaru agar dapat disalurkan kepada pihak pemangku kepentingan dan tenaga kerja untuk bersama-sama mengembangkan sumber daya yang dapat dialokasikan dengan lebih efektif dan meningkatkan performa secara berkelanjutan.

REFERENSI:

  • Abatecola, G., Belussi, F., Breslin, D., & Filatotchev, I. (2016). Darwinism, organizational evolution and survival: key challenges for future research. Journal of Management and Governance, 20(1), 1–17. https://doi.org/10.1007/s10997-015-9310-8
  • Autor, D. H. (2015). Why are there still so many jobs? the history and future of workplace automation. Journal of Economic Perspectives. https://doi.org/10.1257/jep.29.3.3
  • Bruch, G. S., & Adkins, A. N. (2015). Accounting. In The OECD Convention on Bribery. https://doi.org/10.1007/CBO9781139565332
  • Canaday, H. (2018). Going digital. Aviation Week and Space Technology, 180(3), MR025–MR026.
  • Gupta, S., Meissonier, R., Drave, V. A., & Roubaud, D. (2020). Examining the impact of Cloud ERP on sustainable performance: A dynamic capability view. International Journal of Information Management. https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2019.10.013
  • Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics. https://doi.org/10.1016/0304-405X(76)90026-X
  • Kolbjørnsrud, V., Amico, R., & Thomas, R. J. (2017). Partnering with Al: How organizations can win over skeptical managers. Strategy and Leadership. https://doi.org/10.1108/SL-12-2016-0085
  • Kumaraswamy, A., Garud, R., & Ansari, S. (Shaz). (2018). Perspectives on Disruptive Innovations. Journal of Management Studies. https://doi.org/10.1111/joms.12399
  • Lettieri, E., Borga, F., & Savoldelli, A. (2004). Knowledge management in non-profit organizations. Journal of Knowledge Management. https://doi.org/10.1108/13673270410567602
  • Li, S., Jia, R., Seufert, J. H., Wang, X., & Luo, J. (2020). Ambidextrous leadership and radical innovative capability: The moderating role of leader support. Creativity and Innovation Management. https://doi.org/10.1111/caim.12402
  • Mikalef, P., Lemmer, K., Schaefer, C., Ylinen, M., Fjørtoft, S. O., Torvatn, H. Y., Gupta, M., & Niehaves, B. (2021). Enabling AI capabilities in government agencies: A study of determinants for European municipalities. Government Information Quarterly. https://doi.org/10.1016/j.giq.2021.101596
  • Munoko, I., Brown-Liburd, H. L., & Vasarhelyi, M. (2020). The Ethical Implications of Using Artificial Intelligence in Auditing. Journal of Business Ethics. https://doi.org/10.1007/s10551-019-04407-1
  • Rathi, D., & Given, L. M. (2017). Non-profit organizations’ use of tools and technologies for knowledge management: a comparative study. Journal of Knowledge Management. https://doi.org/10.1108/JKM-06-2016-0229
  • Sinibaldi, E., Gastmans, C., Yáñez, M., Lerner, R. M., Kovács, L., Casalone, C., Pegoraro, R., & Paglia, V. (2020). Contributions from the Catholic Church to ethical reflections in the digital era. Nature Machine Intelligence. https://doi.org/10.1038/s42256-020-0175-4

Image Sources: Google Images