Banyak dari kita mungkin pernah menilai seseorang dari apa yang terlihat secara sekilas saja. Misalnya, ketika kita bertemu dengan A untuk pertama kalinya, ia merupakan lulusan suatu kampus yang sebagian besar mahasiswanya sering tawuran. Kita langsung menilai A ini sebagai seseorang yang memiliki masalah kekerasan fisik. Kenyataannya A ini termasuk seseorang yang melihat setetes darah saja bisa langsung pingsan.

Tidak hanya perbuatan yang merugikan dalam bersosialisasi, bias ini bahkan bisa berdampak buruk ke tingkat lebih lanjut. Misalnya ketika mewawancarai kandidat atau mengevaluasi para pekerja. Pada akhirnya penilaian yang seharusnya berdasarkan kinerja dan latar belakang mereka, malah berdasarkan subjektif atas bias yang kita percayai.

Di tempat kerja, perlakuan yang didasari ‘perasaan’, atau pertemuan singkat, disebut juga sebagai bias tidak sadar. Bias tidak sadar ini merupakan sikap dan stereotip mendasar yang secara tidak disadari dikaitkan dengan seseorang atau kelompok yang akan memengaruhi cara mereka bersosialisasi dengan orang atau kelompok lain.

Sebagai pemimpin, agar bias ini tidak terus terjadi di tempat kerja, adalah mengenalinya sebelum melakukan pencegahan. Selain membuat orang-orang menjadi tidak salah menilai, perlakuan ini akan membantu tim untuk membangun tempat kerja yang lebih beragam dan inklusif.

Dalam tempat kerja, terdapat berbagai macam bias yang tidak disadari. Berikut jenis-jenis bias yang biasanya terjadi dalam lingkungan kerja:

  1. Affinity Bias
    Bias ini terjadi ketika perusahaan merekrut orang-orang yang memiliki kesamaan dengan mereka. Misalnya, pemimpin perusahaan ini menyukai film horor. Lalu orang-orang yang direkrutnya hanyalah para pecinta horor, tidak menilai kemampuan yang dimiliki. Padahal seharusnya ketertarikan akan sesuatu tidak menjadi faktor diterima atau tidaknya kandidat. Karena hal ini tidak akan membuat tim berkembang dan beragam.
  2. Confirmation Bias
    Ketika melakukan perekrutan, confirmation bias biasanya terjadi ketika tim perekrut melihat CV dan menilai kandidat berasal dari daerah mana, sekolah mana dan lain-lain. Misalnya kandidat berasal dari daerah kota yang terkenal banyak malingnya, kemudian tim perekrut menilai kandidat tersebut berpotensi sebagai maling.
  3. Attribution Bias
    Bias atribusi terjadi ketika seseorang dinilai atas interaksi yang singkat dan baru saja terjadi. Misal tim perekrut mewawancarai B yang terlihat kaku dan sinis. Lalu menganggap B adalah orang yang tidak sopan. Padahal B merupakan seseorang yang menjadi kaku dan sinis jika gugup.
  4. Conformity Bias
    Bias konformitas adalah kecenderungan seseorang harus bertindak serupa dengan orang-orang di sekitar mereka, terlepas dari keyakinan yang dipegangnya. Misalkan perekrut memberitahu bahwa orang-orang di perusahaan mereka cenderung melampiaskan emosinya tanpa memikirkan perasaan orang lain. Kemudian kandidat harus melakukan hal yang sama jika ingin bergabung. Kenyataannya, mayoritas tidak selalu benar, dan ini membuat pendapat yang dianut minoritas menjadi tidak penting.
  5. The Halo Effect
    Bias ini terjadi ketika seseorang yang telah melakukan sesuatu yang terlihat menakjubkan harus direkrut. Misalnya seseorang itu adalah anak dari aktor ternama. Kemudian perusahaan memilihnya tanpa mempertimbangkan faktor-faktor yang lebih penting.
  6. The Horns Effect
    Bias ini adalah kecenderungan orang-orang harus melihat seseorang secara negatif setelah mengetahui hal yang tidak baik tentangnya. Misalnya ketika rapat, seseorang terlihat tidak fokus dan sibuk dengan handphone-nya. Tanpa menanyakan kondisi yang dihadapi, orang-orang harus melihatnya bahwa ia orang yang tidak menghargai sesama. Padahal bisa jadi ia sedang mengawasi pasangannya yang tengah sakit parah.
  7. Contrast Effect
    Efek kontras ini terjadi ketika membandingkan antara dua orang. Misalnya terdapat dua orang yang melaporkan kinerjanya kepada pimpinan. A memberikan laporan yang baik. Sedangkan B tidak. A kemudian dianggap memiliki performa yang jauh lebih baik dibandingkan B.
  8. Gender Bias
    Bias terhadap gender sering terlihat di tempat kerja, membandingkan gender yang satu dengan yang lainnya, padahal tidak relevan. Misalnya karena perusahaan bekerja di bidang mode pakaian, kandidatnya lebih banyak wanita. Padahal kemampuan tidak relevan dengan gender dari seorang kandidat.
  9. Ageism
    Bias tentang umur terjadi ketika perusahaan cenderung memiliki perasaan negatif terhadap seseorang berdasarkan umur mereka. Misalnya terdapat pelamar berumur 50 tahun. Kemudian tanpa mempertimbangkan kemampuan dan pengalaman, pelamar tersebut langsung ditolak.
  10. Name Bias
    Nama terkadang bisa menjadi bias. Ketika misalnya terdapat pegawai yang memiliki suatu nama berkesan suatu daerah, ia bisa jadi diperlakukan tidak sama dengan pegawai lainnya.
  11. Beauty Bias
    Tidak jarang penampilan bisa memengaruhi penilaian terlepas dari kemampuan yang dimiliki. Hanya karena seseorang terlihat tampan atau cantik, bisa dipercayai orang-orang bahwa seseorang itu lebih kompeten.
  12. Height Bias
    Tidak hanya penilaian terhadap penampilan dan nama, tinggi badan juga bisa terjadi. Misalnya seseorang dengan tinggi tertentu merupakan seseorang yang berpotensi menjadi CEO.
  13. Anchor Bias
    Hal ini biasanya terjadi ketika perekrutan. Misalnya terdapat pelamar A yang meminta gaji jauh lebih rendah daripada pelamar B. Kemudian perusahaan hanya berfokus pada aspek itu saja, dan mengesampingkan aspek-aspek lainnya.
  14. Nonverbal Bias
    Bahasa tubuh yang dibuat seseorang terkadang menjadi penilaian yang tidak masuk akal juga. Misal ketika rapat, terdapat seseorang yang selalu melipat tangannya. Orang-orang kemudian menilai ia tidak menyetujui apa yang terjadi pada rapat itu. Padahal bisa jadi itu hanya kebiasaan saja.
  15. Authority Bias
    Biasanya, bias otoritas terjadi ketika di perusahaan sudah ada hierarki, yang hanya mengikuti apa kata pimpinan. Padahal bisa saja pendapat seseorang yang memiliki otoritas tidak selalu benar dan solutif.
  16. Overconfidence Bias
    Bias ini terjadi ketika misalnya ketika perekrutan terdapat kandidat yang terlalu percaya diri akan kemampuannya. Hal ini membahayakan perusahaan karena bisa saja menimbulkan konflik yang tidak diperlukan.

Sumber:

  • Reiners, Bailey. 2021. ‘16 Unconscious Bias Examples and How to Avoid Them in the Workplace’ [online]. Link: https://builtin.com/diversity-inclusion/unconscious-bias-example

Image Sources: Google Images