Beyond budgeting merupakan sebuah alat yang cukup fleksibel. Implementasinya tidak pernah membatasi pihak-pihak tertentu, bahkan konsumen sebagai pihak luar pun ikut dilibatkan dalam mengevaluasi keberhasilan perusahaan. Beyond budgeting juga tidak hanya terbatas pada pemahaman hubungan dengan konsumen saja, namun perkembangan teknologi dan ekonomi politik pun ikut mempengaruhi dasar pemikiran dalam penerapan konsep ini.

Penerapan konsep Beyond Budgeting memperlihatkan kerangka efisien yang menitikberatkan pada pengawasan yang nyata bagi keberhasilan perusahaan, karena efisiensi merupakan ukuran yang paling tepat dalam melihat kinerja perusahaan.

Beyond  budgeting menurut terminologi  resmi  The  Chartered  Institute  of  Management  Accountants  (CIMA)  adalah  sebuah  ide  yang  diperlukan perusahaan   untuk   bergerak   melampaui   (beyond)   anggaran   karena   adanya   kelemahan   yang   melekat   dalam penganggaran  terutama bila digunakan  untuk  mengatur kontrak. Dikatakan bahwa berbagai teknik,  seperti peramalan bergulir (rolling  forecasts )  dan  target  terkait  pasar  (market  related  targets),  dapat  mengambil  posisi  penganggaran tradisional. Beyond budgeting merupakan  satu set prinsip – prinsip, yang  jika diikuti,  akan memungkinkan organisasi untuk  mengelola  kinerja  dan  desentralisasi  proses  pengambilan  keputusan  tanpa  memerlukan  anggaran  tradisional. Tujuannya  adalah  untuk  memungkinkan  organisasi  untuk  memenuhi  faktor -faktor  keberhasilan  dari  informasi ekonomi (misalnya untuk bersikap adaptif dalam kondisi tak terduga).

Sumber:

  • Yudianto, I. (2009). Beyond Budgeting. Working Paper in Accounting and Finance. Bandung.
  • Mark Pilkington and David Crowther. (2007). Budgeting and Control. Report on their CIMA. Financial Management.

Image Sources: Google Images