Dunia sekarang bergerak menuju CSR 2.0 dimana terjadi perubahan yang cukup besar. Menurut Wayne Visser (2010) dalam bukunya berjudul “Responsible Business: How to Manage a CSR Strategy Successfully” ada beberapa ciri yang menunjukan perubahan menuju CSR 2.0, antara lain:

  • Mulai banyak keterlibatan stakeholder dalam kegiatan CSR
  • Adanya real-time transparent reporting
  • Pergerakan CSR yang sentralisasi menjadi desentralisasi dalam setiap unit bisnis yang berjalan.

Selain itu ada beberapa konsep dasar dalam CSR 2.0 yang berkembang, antara lain:

  • Connectedness (C)
    Dalam CSR 2.0 perusahaan tidak hanya dapat mengutamakan shareholder saja, melainkan perusahaan harus memikirkan hubungannya dengan para stakeholder lain. Nyatanya, para stakeholder yang tidak memiliki hubungan langsung dengan perusahaan mampu mengganggu operasional perusahaan. Contohnya di tahun 1994, McDonald menuntut dua orang aktifis karena mengkritik perusahaan. Hasilnya, McDonald saat itu menghadapi persidangan terpanjang dalam sejarah Inggris (313 hari) dan sangat merugikan McDonald terutama mengenai citra mereka di masyarakat.
  • Scalability (S)
    CSR 2.0 akan membuat perusahaan untuk bergerak melakukan CSR, tidak hanya dalam lingkup yang sempit. Diharapkan CSR ke depannya akan membawa dampak yang besar bagi lingkungan. CSR tidak hanya sekedar berdampak pada lingkungan sekitar, namun dapat berdampak dalam skala yang massif.
  • Responsiveness (R)
    Ke depannya, perusahaan tidak hanya sekedar bersikap responsive terhadap suatu kejadian tertentu. Melainkan perusahaan dituntut untuk bersikap respon terhadap perubahan zaman uang ada. Bahkan risikonya, perusahaan harus mengganti model bisnisnya dalam lingkup yang luas sebagai bentuk jawaban atas solusi permasalahan dunia yang ada. Selain itu, responsiveness berarti keterbukaan. Apakah perusahaan bersedia untuk membuka sumber daya, misal sumber daya intelektualnya kepada public? Contoh sederhananya adalah perusahaan mau bersedia mengeluarkan produk yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup banyak orang tanpa memungut royalty agar semakin banyak orang yang terbantu hajat hidupnya oleh teknologi itu.
  • Duality (2)
    Di masa yang akan datang, CSR harus mampu mengakomodasi masalah isu yang lebih luas. Contohnya adalah bagaimana CSR mampu menangani permasalahan local dengan solusi yang ditawarkan tanpa melupakan prinsip-prinsip universal yang ada.
  • Circularity (0)
    Ke depannya, CSR harus mampu membentuk suatu siklus yang baik dan berulang sesuai dengan prinsip alam. Contohnya, pohon akan menghasilkan oksigen lebih besar daripada energi yang diambil. Artinya, perusahaan harus mampu memberi manfaat yang lebih bagi lingkungan sekitarnya, lebih dari apa yang sudah mereka terima. Harapannya, mereka akan mendapat keuntungan dengan cara-cara yang etis. Secara nyata, perusahaan dapat melakukan kontribusi bagi lingkungan, mulai dari membersihkan limbah mereka sebelum dialirkan ke sungai atau bahkan mengolah limbahnya menjadi air minum (menciptakan produk baru dari bahan sisa). Selain itu CSR 2.0 juga harus menyorot pentingnya status kesetaraan pekerjaan dalam perusahaan. Hal ini karena pekerja adalah mitra strategis dari perusahaan. Dengan memperdulikan semuanya, maka akan tercipta keseimbangan dari sisi ekonomi, lingkungan dan sumber daya manusianya.

References:

  • The Evolution and Revolution of CSR
  • A literature review of the history and evolution of corporate social responsibility (2019)

Image Sources: Google Images