Bagian kedua dari tulisan ini merupakan kelanjutan dari Business Ethics yang dijalankan oleh Bank Asia, Ltd. (Bangladesh) untuk mendukung upaya keberlanjutan di perusahaannya dan negaranya. Poin selanjutnya adalah penerapan ESRM (Environmental & Social Risk Management) sebagai dasar penentuan diterima atau ditolaknya kredit? Bank Asia, Ltd. merupakan salah satu bank di Bangladesh yang menjalankan aturan ini (ESRM). Aturan ini menjadi penting karena menjadi acuan bagi bank di Bangladesh untuk mengetahui perusahaan mana yang memiliki risiko yang tinggi bagi lingkungan dan mana yang tidak. Selain itu, ESRM merupakan bentuk mitigasi risiko yang dijalankan oleh bank dan aturan ini juga mendorong nasabah-nasabah dari perbankan untuk menjalankan usaha sesuai dengan prisip eco-friendly.

Pembahasan terakhir adalah bagaimana bentuk dari penilaian ESRM yang berlaku di Bangladesh? Di dalam ESRM, terdapat tiga tahapan yang harus dilalui oleh calon nasabah. Pertama adalah Exclusion List dimana bank memiliki daftar aktifitas/sektor yang sudah pasti perbankan tidak akan biayai. Jika melewati tahap pertama, maka proses kedua yang harus dilewati adalah ESDD Checklist, dimana bank akan menilai calon nasabahnya berdasarkan tingkat risikonya. Bank yang memiliki risiko rendah dan menengah yang akan dibiayai. Tahapan terakhir yang harus dijalankan adalah EISA (Environmental and Social Impact Assessment). Tahapan ini adalah bentuk penilaian terhadap dampak apa yang dihasilkan oleh perusahaan yang menjalankan usahanya. Jika tidak memiliki dampak yang berbahaya bagi lingkugan, maka bank baru dapat membiayai calon nasabahnya.

Maka, hal yang menarik adalah bagaimana negara mampu membuat perusahaan yang bernaung di bawahnya untuk menjalankan usahanya dengan baik tanpa memberikan efek buruk yang besar bagi lingkungannya. Caranya dengan “memaksa” bank untuk memperketat regulasinya mengenai lingkungan. Mau tidak mau, dengan bank harus mengikuti aturan perbankan, maka setiap perusahaan yang meminjam uang ke bank tersebut harus menjalankan aturan lingkungan yang baik itu. Secara perlahan tapi pasti, banyak perusahaan di Bangladesh akan peduli terhadap lingkungan.

Poin kedua yang membuat menarik bagi saya adalah kesempatan yang besar apabila aturan seperti ini (ESRM) dijalankan di Indonesia. Dengan kondisi Indonesia yang terus berkembang dan memiliki cita-cita untuk menjadi negara maju di tahun 2045 (100 tahun kemerdekaan), sudah waktunya Indonesia untuk peduli terhadap lingkungannya. Dengan menjalankan penilaian seperti ini, maka perbankan dan perusahaan turut andil dalam menjaga lingkungannya menjadi lebih baik.

Referensi:

  • Guest Lecturer Bapak Mohammad Ibrahim Khalil, FCA. (CFO Bank Asia, Ltd)

Image Sources: Google Images