Seperti yang kita ketahui, perkembangan di dalam industry game cukup pesat dan mulai banyak istilah seperti esports, simulation game dengan berbagai jenis game seperti Multiplayer online battle arena (MOBA), Battle Royale, First-person shooter (FPS), Role Playing Games (RPG), dan lainnya. Dengan makin berkembangnya perusahaan game dan berlaku untuk internasional, tidak akan bisa membendung dan juga memungkinkan untuk para perusahaan melakukan IPO dan juga harus melaporkan laporan keuangan kepada stakeholder dari perusahaan tersebut.

Sebagai Auditor khususnya di dalam keuangan tentu harus bisa mengetahui proses bisnis khususnya di dalam perusahaan game, karena transaksi dan pengukuran pendapatan dan juga beban memiliki kebijakan masing-masing. Bukan saja kebijakan yang berbeda-beda di dalam melakukan pencatatan pendapatan, namun juga pendapatan keuangan yang berbeda dengan pendapatan. Ada beberapa perusahaan yang mengukur pencatatan revenue berdasarkan dari setiap gacha atau pembelian aksesoris di dalam game, walaupun menggunakan voucher yang misalnya diberikan secara gratis. Namun ada juga perusahaan yang mencatat berdasarkan dari seberapa banyak gamer melakukan top up in game sehingga adanya kesamaan dari uang yang didaftarkan dengan revenue yang diakui oleh perusahaan tersebut.

Dalam hal pencatatan beban, mereka pasti akan mencatat penggunaan listrik (yang tidak sedikit) karena untuk tetap membuat server beroperasi 24/7 tanpa henti dan juga digunakan untuk bagian development game tersebut. Selain itu juga akan ada banyak depresiasi terkait dengan asset perusahaan seperti Gedung, server (hardware), komputer server, komputer untuk operasional, dan juga peralatan lainnya yang menunjang operasional di dalam perusahaan game tersebut. Untuk expense juga bisa dari marketing expense dan juga administrative expense perusahaan, serta opportunity cost yang harus dihitung jika adanya server down atau force majeure lainnya yang tidak bisa dikendalikan.