Earning management atau dikenal sebagai manajemen laba telah menjadi salah satu fenomena yang banyak mendapatkan perhatian dari seluruh pihak baik dari praktisi ataupun akademisi terkait dengan aktivitasnya yang mengikutsertakan penilaian manajemen untuk melakukan manipulasi pada labar bersih (net income) atau laba perusahaan (profit) baik yang tercatat secara quarter (3 bulan) ataupun annual (tahunan). Sebagaimana yang tertulis sebelumnya terkait dengan informasi keuangan, laporan keuangan bertujuan untuk menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan terkait dengan posisi keuangan dan informasi lainnya yang menggambarkan nilai dari perusahaan itu sendiri dalam berdaya saing di pasar (Dechow et al., 1995).

Secara teknis, menurut Huynh, (2020) earnings management merupakan suatu tindakan intervensi yang dilakukan oleh manajemen dalam proses penentuan laba perusahaan yang didasarkan dengan keinginan untuk memenuhi keuntungan pribadi, dimana aktivitas ini diindikasikan dengan manipulasi laba untuk menunjukan informasi yang positif terkait dengan kinerja performa suatu perusahaan. Tindakan manajemen laba secara konkrit melibatkan penilaian manajer yang berdampak kepada pemasukan untuk mencapai laba perusahaan dengan memanfaatkan kebijakan akuntansi sebagai sarana untuk menutupi tindakannya yang ilegal (Scott, 2015). Berdasarkan Bergstresser & Philippon, (2006) tindakan manajemen laba terjadi dengan adanya perubahan yang terjadi dalam pendapatan di laporan keuangan, dimana hal ini disebabkan dorongan untuk meningkatkan kompensasi bonus atas laba yang dihasilkan, sehingga dalam beberapa tahun terakhir dapat terlihat bagaimana telah terjadi peningkatan kepemilikan sebesar 3x.

Dalam peristiwa yang terjadi secara nyata, berbagai jenis perusahaan professional seperti Xerox, Tyco, dan lainnya juga terbukti telah memanipulasi laba dengan tujuan untuk mampu menguasai pasar agar dapat meningkatkan harga saham yang terindeks berdasarkan pada pertumbuhan kinerja perusahaan antar periode (Bergstresser & Philippon, 2006). Mendukung hal tersebut, dalam penelitian El Diri et al., (2020) menjelaskan bagaimana manajemen laba terjadi pada perusahaan industri yang bergerak di sektor minuman soda, yaitu Coca Cola yang melakukan peningkatan asset (overstatement of assets) sebesar $9 juta dan bagaimana pembuat laporan keuangan Pepsi Co. telah membuat vendor fiktif sebesar $8.7 juta antara tahun 1998 hingga 2009. Hal ini terjadi akibat adanya motivasi yang melibatkan berbagai pihak seperti pimpinan dan pembuat laporan keuangan untuk mempercantik kapabilitas perusahaan dengan menciptakan transaksi fiktif, sehingga dengan adanya tujuan tersebut mendorong manajer untuk mengubah penyajian laba dalam laporan keuangan (Bergstresser & Philippon, 2006).

Dalam earning management terdapat 2 jenis kategori, yaitu Accrual Earnings Management dan Real Earnings Management. Dalam Accrual Earnings Management mengacu kepada prosedur pelaporan yang berjalan dengan berbasis akrual, sehingga dengan terfokus kepada adanya dokumen transaksi yang membuktikan berjalannya transaksi dapat digunakan secara fiktif untuk mengaburkan kinerja ekonomi yang sebenarnya dengan mengubah metode ataupun estimasi akuntansi dalam prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Hal ini bertujuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan sebagai nilai perusahaan untuk unggul dalam berdaya saing di pasar. Sedangkan, real earnings management merupakan suatu tindakan manipulasi laba yang dilakukan pada kegiatan operasional yang sedang terjadi dalam perusahaan dalam rangka untuk mencapai target dengan cepat. Menurut Scott, (2015) kelebihan dari penerapan Real Earnings Management ketimbang accrual adalah bagaimana tindakan tersebut tidak mudah untuk ditemukan atau dideteksi oleh regulator ataupun auditor, dikarenakan dalam accrual terdapat berbagai jenis dokumen atau bukti yang akan menjadi landasan temuan untuk memastikan apakah proses yang berjalan telah berjalan secara wajar atau belum, sedangkan dalam real mengacu kepada tindakan secara langsung untuk menyesatkan beberapa pemangku kepentingan agar percaya bahwa tujuan objektif dalam laporan keuangan telah tercapai melalui operasional yang berlangsung. Tetapi, kelemahannya akan berdampak pada alur keuangan perusahaan di masa mendatang.

Dalam penulisannya, Scott, (2015) menyatakan bahwa tindakan manajemen laba merupakan tindakan yang etis apabila dilakukan sesuai dengan prosedur yang tercatat dalam standar akuntansi sebagaimana yang menjadi landasan pertimbangan bagi pimpinan dengan melihat pada perubahan metode pencatatan akuntansi, pengakuan pendapatan, dan lainnya, dimana hal ini juga didukung oleh beberapa para ahli lainnya. Tetapi tidak sedikit juga yang mengungkapkan bahwa tindakan manajemen laba merupakan tindakan yang menyesatkan seluruh pengguna laporan keuangan dan menimbulkan informasi asimetris yang berpotensi menciptakan kesenjangan antara pemilik dengan manajer, sehingga dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan kearah yang salah. Selain itu, manajemen laba merupakan tindakan yang buruk karena dapat mengurangi kredibilitas dan validitas informasi keuangan dan bagaimana hal tersebut dapat mengundang persepsi yang salah terkait dengan penyajian laporan keuangan (Huynh, 2020). Untuk mendukung penjelasan diatas terkait dengan manajemen laba, beberapa peneliti telah menaruh perhatiannya kepada penggunaan laporan keuangan, khususnya pada manajemen laba yang melibatkan peran manajer untuk memanipulasi laba dalam rangka meningkatkan informasi positif terkait dengan perusahaan dan bagaimana mereka mampu beroperasi untuk menjaga stabilitas pertumbuhan operasional sebagai nilai keunggulan perusahaan.

Dalam beberapa penelitian seperti Bergstresser & Philippon, (2006) memproksikan earnings management terhadap kemasyuran CEO yang terlihat pada ledakan peningkatan insentif yang diperoleh dengan memanipulasi laba, dimana dengan menghasilkan semakin besar tingkat laba perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat persentase bonus yang diterima pimpinan. Selain itu, bagaimana terlihat jumlah kepemilikan dikuasai oleh CEO, sehingga akan terlihat bahwa tingkat kepercayaan yang diletakan kepada perusahaan tersebut sangat tinggi dan memperlihatkan kemampuan pimpinan yang mampu mengatur strategi dengan efektif. Adanya manipulasi pada beberapa aspek laporan seperti pendapatan dan mengurangi pengeluaran telah menjadi faktor utama akan bagaimana hal tersebut mempengaruhi rasio insentif yang diterima pimpinan. Selain itu, dalam penelitian El Diri et al., (2020) menjelaskan bagaimana tindakan earning management dapat terjadi karena motivasi manajer yang terkonsentrasi terhadap pasar dengan meningkatkan laba untuk menumbuhkan harga saham perusahaan.

Hal ini menyebabkan terjadinya informasi asimetris antar manajer dengan investor yang menjadi pemilik karena adanya kesenjangan dalam penyaluran informasi terkait dengan laju pertumbuhan perusahaan. Sebagaimana yang dituliskan juga, bahwa penelitian El Diri et al., (2020) terfokus kepada accrual and real earnings management, untuk melihat kedua aktivitas yang dilakukan manajer dalam mengomunikasikan informasi melalui penyajian laporan keuangan dan tindakan operasional kepada pengguna laporan secara berkala, dimana terlihat adanya indikasi yang terkonsentrasi penuh kepada pasar mengundang tindakan manajer yang berdampak secara signifikan terhadap perubahan dalam penyajian laba untuk memenuhi target dengan cepat. Terakhir dalam penelitian Huynh, (2020) menjelaskan bagaimana dengan adanya tata kelola perusahaan yang handal mampu membantu menghasilkan informasi keuangan secara relevan dan dapat diandalkan, sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya pemalsuan pencatatan dan peningkatan laba yang menyesatkan pengguna laporan perusahaan.

Maka, berdasarkan kesimpulan yang dapat diambil, walaupun sebagian menyatakan bahwa manajemen laba merupakan tindakan yang legal dan sesuai dengan pedoman pelaporan akuntansi, tindakan tersebut tentu akan merugikan bagi pengguna laporan keuangan karena pengelolaan keuangan yang dicampur tangan oleh pimpinan, sehingga meminimalisir transparansi dan akuntabilitas dalam menggambarkan informasi terkait dengan performa perusahaan.

REFERENSI:

  • Bergstresser, D., & Philippon, T. (2006). CEO incentives and earnings management. Journal of Financial Economics. https://doi.org/10.1016/j.jfineco.2004.10.011
  • El Diri, M., Lambrinoudakis, C., & Alhadab, M. (2020). Corporate governance and earnings management in concentrated markets. Journal of Business Research. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.11.013
  • Huynh, Q. L. (2020). A triple of corporate governance, social responsibility and earnings management. Journal of Asian Finance, Economics and Business. https://doi.org/10.13106/jafeb.2020.vol7.no3.29

Image Sources: Google Images